.webp)
Berdasarkan laporan konsultan Verisk Maplecroft, Jakarta yang berpenduduk 10 juta orang, ditempatkan sebagai kota paling rentan di dunia terhadap risiko lingkungan. Bahkan Jakarta diprediksi tenggelam pada 2050.
Pakar pun membahas mengenai hal ini. Ialah Hasanuddin Z. Abidin dosen Kelompok Keilmuan Geodesi di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian dari Institut Teknologi Bandung. Kepada detikINET, dia memberikan pandangannya.
Sebagai orang yang aktif meneliti soal ilmu pertanahan, Hasanuddin mengaku masih optimis. Hasanuddin ingin Jakarta tidak tenggelam di 2050 dikarenakan ia yakin bahwa banyak orang akan melakukan usaha-usaha mitigasi dan adaptasi untuk mencegahnya.
"Meskipun Jakarta memang mengalami fenomena penurunan tanah tapi tidak seluruh wilayah Jakarta mengalami fenomena penurunan tanah tersebut," kata Hasanuddin melalui pesan singkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fenomena penurunan tanah ini umumnya terjadi di sejumlah lokasi di Jakarta Utara dan Jakarta Barat dan beberapa lokasi di Jakarta Timur, dengan kecepatan beberapa cm/tahun sampai sekitar 10 cm/tahun," sambungnya.
Sedangkan, kecepatan kenaikan muka laut di perairan Jakarta sekitar 10 kali lebih kecil yaitu sekitar beberapa mm/tahun.
"Jadi untuk kasus Jakarta, potensi bencana yang perlu selalu diwaspadai adalah banjir, baik di sepanjang aliran sungai, maupun di kawasan-kawasan yang kecepatan penurunan tanahnya relatif tinggi, baik di Kawasan pantai maupun daratan Jakarta," jelasnya.
Berdasarkan Verisk Maplecroft, permukaan laut dan penurunan tanah disebabkan menipisnya akuifer alami di bawah kota. Ini dikarenakan orang memompa air keluar dari tanah untuk minum dan mencuci. Dari sanalah Jakarta diramal jadi kota yang diramal paling cepat tenggelam di dunia. Ditambah banjir yang kerap terjadi, Jakarta diprediksi tenggelam pada 2050.
(ask/fyk)
