Sejak zaman dulu, orang-orang telah mengamati gerhana Matahari total. Namun baru pada abad ke-19 orang-orang menemukan cara untuk memotretnya.
Foto pertama gerhana Matahari total ternyata diambil pada 28 Juli 1851, oleh Johann Julius Friedrich Berkowski. Dia disebut sebagai daguerreotypist paling terampil di Kota KΓΆnigsberg di Prusia (sekarang Kaliningrad, Rusia).
Saat itu, Berkowski ditugaskan oleh Royal Prussian Observatory di KΓΆnigsberg untuk membuat gambar diam dari gerhana Matahari total menggunakan proses daguerreotype, sebuah metode atau proses untuk membuat foto yang pertama kali dipublikasikan di dunia, di mana gambar itu langsung diekspos ke pelat tembaga yang dipoles.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah dipoles menjadi cermin mengkilap, tembaga berlapis perak dipaparkan pada asap halogen atau yodium yang membuatnya sensitif terhadap cahaya. Mengekspos pelat tembaga di dalam kamera akan meninggalkan gambar laten, atau jejak foto yang tak terlihat.
Dikutip dari Space.com, Kamis (29/7/2021) untuk membuat gambar laten terlihat, daguerreotypist akan memperlakukan pelat tembaga dengan uap merkuri di ruangan gelap. Kemudian, mereka akan menerapkan perawatan menggunakan bahan kimia cair untuk menghilangkan sensitivitas cahaya dari pelat.
Setelah itu, daguerreotypist membilasnya, mengeringkannya dan menyegelnya dalam bingkai kaca. Produk akhir dari proses ini adalah gambar hitam-putih yang bertekstur mikroskopis sebagai hasil dari paparan sinar Matahari terhadap material perak.
![]() |
Sebelum Berkowski menciptakan daguerreotype pertamanya yang terkenal dari gerhana Matahari total, para fotografer berusaha keras menangkap gambar gerhana yang layak. Sering kali foto yang diambil terlalu terang atau malah kurang terang, dan mereka gagal menampilkan kontras yang tepat antara korona terang Matahari dan piringan gelap Bulan.
Menurut makalah di jurnal Acta Historica Astronomia, hasil daguerreotype Berkowski adalah gambar korona Matahari pertama yang diekspos dengan benar. Berkowski menggunakan teleskop pembiasan kecil dan menangkap eksposur 84 detik yang dia mulai segera setelah Bulan bergerak sepenuhnya di depan Matahari.
Fotonya tersebut tidak hanya menunjukkan kontras antara korona Matahari dan Bulan, tetapi bahkan mengungkapkan beberapa penonjolan Matahari yang memanjang dari piringan Matahari.
Sejak itu, fotografi gerhana Matahari menjadi lebih mudah dengan kehadiran kamera, kemudian kamera digital dan bahkan kini kamera smartphone.
(rns/fay)