Sedikitnya 25 orang tewas di provinsi Henan, China tengah, saat kota Zhengzhou mengalami banjir akibat curah hujan terberat dalam 1.000 tahun.
Ahli meteorologi menyebutkan, kota Zhengzhou mencatat curah hujan 617,1 mm pada 17-20 Juli. Curah hujan selama tiga hari ini menyamai tingkat curah hujan yang hanya terlihat sekali dalam seribu tahun.
Mereka memperkirakan kemungkinan akan terjadi hujan lebih lebat di seluruh provinsi Henan selama tiga hari ke depan. Dikutip dari South China Morning Post, curah hujan yang tinggi tahun ini merupakan pertanda akan datangnya topan In-Fa yang menyebabkan hujan deras.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Zhengzhou dilanda banjir dahsyat akibat aliran udara dari Topan In-fa yang menghantam area bertekanan tinggi yang berpusat di Pasifik," kata ahli meteorologi.
Topan itu dikombinasikan dengan Western North Pacific Subtropical High, menciptakan aliran udara yang membawa sejumlah besar air dari atmosfer menuju provinsi Henan. Biro meteorologi provinsi Henan juga menyebutkan, fenomena itu diperparah oleh topografi Zhengzhou.
Ada banyak faktor yang menyebabkan banjir di China begitu parah. Seperti gelombang panas baru-baru ini di Amerika Serikat dan Kanada, dan banjir ekstrem yang dialami Eropa barat, curah hujan di China pun dikatakan para ilmuwan, hampir pasti terkait dengan pemanasan global.
"Peristiwa cuaca ekstrem seperti itu kemungkinan akan menjadi lebih sering terjadi di masa depan," kata Johnny Chan, seorang profesor ilmu atmosfer di City University of Hong Kong, dikutip dari Reuters.
"Yang dibutuhkan adalah pemerintah mengembangkan strategi untuk beradaptasi dengan perubahan seperti itu," tambahnya, merujuk pada otoritas di tingkat kota, provinsi, dan nasional.
Banjir, hujan deras dan genangan air bukanlah hal baru di China. Selama bertahun-tahun, dampak perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat memperburuk kondisi ini.
China mengalami genangan air yang parah hampir setiap tahun, membuat kota rusak serta menyebabkan kerugian besar bagi kehidupan dan harta benda. Tahun lalu, banjir di China menyebabkan lebih dari 200 orang tewas atau hilang dan menyebabkan kerusakan yang berdampak ekonomi senilai USD 25 miliar.
(rns/afr)