Banjir bandang di Jerman dan beberapa wilayah Eropa mendadak terjadi. Demikian pula rekor cuaca panas terpecahkan di Kanada. Ilmuwan mengaku gagal memprediksi kejadian tersebut dan mereka mengajukan saran untuk mengantisipasi cuaca ekstrem.
Dikutip detikINET dari BBC, sains sebenarnya sudah benar dalam meramal bahwa pemanasan global akan memicu makin banyak hujan lebat dan gelombang panas. Namun bantuan komputer yang ada saat ini tidak cukup bertenaga untuk secara akurat memprediksi seberapa parah.
Mereka pun ingin agar pemerintah mengongkosi komputer super yang dapat memprediksinya dengan lebih baik. Hal ini mungkin tidak dapat ditunda lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harus waspada karena model iklim di komputer saat ini tidak cukup bagus. Kita perlu lompatan untuk menangkap fisika fundamental yang memicu kejadian ekstrem. Jika tak melakukannya, kita akan terus mengabaikan intensitas cuaca ekstrem itu," kata Profesor Dame Julia Slingo dari Met Office, Inggris.
Biayanya memang bisa mencapai ratusan juta poundsterling. Namun dana pantas dikeluarkan agar warga punya gambaran dan persiapan dalam menghadapi cuaca ekstrem di masa depan.
Ilmuwan perlu meneliti cuaca di Amerika Utara dan Jerman untuk memastikan apakah cuaca esktrem seperti banjir atau kubah panas akan terjadi. Kemudian perlu diprediksi pula seberapa sering hal itu akan menimpa warga.
Seperti diberitakan, Perubahan iklim disebut semakin berisiko dan diduga kuat akan membuat cuaca makin ekstrem. Sebelum banjir bandang tak terduga di Eropa, temperatur di Amerika Serikat dan Kanada juga mengukir rekor sampai 49,6 derajat Celcius yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di Jerman, ratusan korban meninggal dunia dan diprediksi terus bertambah. Di sebagian wilayah Jerman, hujan turun 148 liter per meter persegi hanya dalam waktu 4 jam. Padahal biasanya sepanjang bulan Juli di Jerman, skala hujan hanya sampai 80 liter sehingga pantas disebut sebagai cuaca ekstrem.
(fyk/fay)