Kilatan cahaya hijau menyerupai meteor jatuh di langit Yogyakarta viral, setelah fotonya tersebar di media sosial (medsos). Terkait kejadian tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memberikan penjelasan ilmiahnya.
Diketahui foto itu diambil oleh seorang pelajar bernama Aryo Kamandanu (17). Foto itu diunggah ke akun media sosial Instagram milik Aryo dan kemudian di-repost akun media sosial lain hingga akhirnya viral.
Aryo menceritakan jika foto itu diambil secara tidak sengaja kala dia belajar astrofotografi bersama adik tingkatnya, Senin (12/7) malam. Foto diambil di sekitar Monumen Perjuangan TNI AU, Bantul, DIY. Saat memotret, ia hanya berbekal kamera HP dan tripod.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kameranya otomatis memotret. Saya tinggal tiduran di aspal dekat sawah, pas saya lihat ada kilatan cahaya. Saya kaget. Nah pas tiduran itu saya lihat kayak ada kilatan cahaya gitu dan pas saya lihat kayak meteor gitu tapi agak cepat gitu," jelasnya.
Terkait viralnya kilatan berwarna hijau di langit Yogyakarta itu, Peneliti Lapan Andi Pangerang mengatakan itu merupakan meteor sporadis.
"Fenomena meteor jatuh tidak selalu berasal dari hujan meteor, baik mayor (lebih dari 10 meteor per jam) maupun minor (kurang dari 10 meteor per jam). Meteor yang tidak berasal dari hujan meteor disebut juga meteor sporadis," ujar Andi dikutip dari situs Lapan, Kamis (15/7/2021).
Andi menjelaskan perbedaan mendasar meteor sporadis dengan hujan meteor adalah jika hujan meteor selalu tampak beberapa kali sekali setiap jam dan berasal dari titik radian (titik kemunculan hujan meteor) yang sama.
Sedangkan, meteor sporadis tidak selalu muncul beberapa kali setiap jam dan tidak berasal dari titik radian yang sama.
Melihat hasil jepretan Aryo, Andi mengungkapkan meteor tersebut tampak berada di sebelah barat rasi Crux yang saat itu berada di ketinggian 10,9Β°-14,9Β° di atas ufuk dan sudah berada di arah 207,9Β°-213,9Β° atau arah selatan-barat daya hingga barat daya.
Selain itu, meteor tersebut tampak melintasi kedua bintang di konstelasi Centarus, yakni Gamma Centauri dan Delta Centauri yang berada di arah 219,6Β°-221,1Β° atau arah barat daya.
"Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meteor tampak dari arah barat daya," ucapnya.
Lebih lanjut, Andi menuturkan, ketika meteor terlihat, tidak terdengar suara dentuman apapun. Meteor ini juga tampak oleh beberapa saksi di Yogyakarta maupun daerah sekitarnya, seperti di Sukoharjo, Klaten, dan Sragen yang tampak berwarna kemerahan
"Fireball ini umumnya berukuran 20-60 cm atau 1-3 kepalan tangan dan karena ukurannya kecil, fireball akan habis terbakar oleh atmosfer Bumi, sehingga tidak memungkinkan untuk jatuh ke permukaan Bumi sebagai batu meteor atau meteorit," pungkasnya.
(agt/fay)