Sejumlah negara menerapkan strategi vaksin Corona kombinasi atau campuran. Ini bukan rencana nekat, melainkan ada dasar ilmiahnya.
Vaksin kombinasi adalah memberikan 2 jenis vaksin Corona yang berbeda, masing-masing untuk suntikan pertama dan kedua. Tujuannya adalah menciptakan imunitas terhadap aneka varian COVID-19 yang ada sekarang.
Yang tampaknya paling sering dikombinasikan adalah AstraZeneca dan Pfizer. Meski tampak seperti nekat dan coba-coba, strategi ini ada dasar ilmiahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dr Amesh Adalja dari Johns Hopkins University Center for Health Security, cara ini disebut heterologous prime-boost vaccination. Cara ini sudah dilakukan sebelumnya.
"Pada kajian virus flu burung yang sudah lalu, menggunakan heterlogous prime-boost dan ini adalah bagian agenda riset untuk mencoba dan mengoptimasi vaksin," kata Adalja kepada CNN seperti dilihat, Senin (12/7/2021).
Kata Adalja, masih butuh waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun untuk menciptakan vaksin Corona yang sempurna di masa depan. Yang penting sekarang adalah membuat vaksin generasi dua yang lebih baik lagi.
"Yang penting adalah memahami cara membuat vaksin generasi kedua yang lebih baik dan menggunakan pengetahuan ini untuk meningkatkan vaksin lain untuk penyakit menular lainnya," kata dia.
Adalja mengatakan respon imunitas berbeda dari setiap vaksin Corona. Hal ini karena setiap vaksin Corona memakai teknologi yang berbeda.
"Ini area riset yang penting untuk memahami dan merancang jejeran vaksin yang lebih baik," kata dia.
Salah satu pendorongnya adalah riset yang diterbitkan Annals of Internal Medicine yang menyebutkan orang dengan transplantasi organ tidak memiliki imunitas yang baik setelah divaksin Corona dua kali. Namun, suntikan vaksin ketiga rupanya berhasil memicu imunitas.
(fay/afr)