Apakah COVID-19 benar-benar nyata? Apakah ada bukti yang mendukung keberadaan virus corona? Sudah dua tahun berlalu, masih ada orang-orang yang tidak mempercayai adanya virus corona.
Tingginya hoax terkait COVID-19 menjadi salah satu penghambat edukasi kepada masyarakat akan bahaya virus Sars-CoV-2, penyebab virus corona. Karena itu, dirangkum detikINET, ini dia sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa virus corona itu nyata.
1. Wujud virus corona sudah terpampang
Semenjak awal kasus penyebaran COVID-19, virus Sars-CoV-2 sudah tertangkap di bawah lensa mikroskop. Dinamakan Corona karena permukaannya yang berbentuk seperti mahkota (crown/corona).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab COVID-19 merupakan virus single stranded RNA yang berasal dari kelompok Coronaviridae. Virus ini termasuk dalam kelompok virus yang menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) beberapa tahun silam. Akan tetapi, Sars-CoV-2 memang virus baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya.
2. Semua negara di dunia waspada
Sebut saja negara Arab Saudi, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia dan negara lainnya. Adakah negara yang tidak mengaku keberadaan virus Corona?
Yang ada adalah negara-negara yang bebas COVID-19, itupun dikarenakan mereka sudah bersiap-siap sejak jauh-jauh hari sehingga sebaran virus Sars-CoV-2 tidak masuk negaranya.
3. Korban jiwa berjatuhan
Terhitung data dari Worldometer per 24 Juni 2021 pukul 16.00, sudah ada 180.404.999 kasus positif Corona di seluruh dunia, 3.908.490 di antaranya meninggal dunia, dan 165.123.453 dinyatakan sembuh.
Benar adanya kesembuhan dari infeksi virus Corona lebih tinggi dari kematiannya, tapi yang meninggal bukan cuma angka. Di Indonesia, sudah ada 55.949 ibu, ayah, anak, teman atau kerabat yang meninggal karena virus Sars-CoV-2.
4. Cerita mereka sudah sangat nyata
Jika melalui data tidak bisa percaya, lihatlah fakta di lapangan. Ada banyak dari mereka yang menceritakan kejadian pahit kehilangan orang terkasih.
Mereka yang pergi karena Sars-CoV-2 bukan sekadar nama. Tak selalu orangtua dengan penyakit penyerta. Ada orang dewasa muda, remaja, bahkan anak-anak jadi korbannya.
(ask/rns)