Fenomena titik balik utara Matahari terjadi hari ini, 21 Juni 2021. Peristiwa ini salah satunya menjadi penanda perubahan musim di Bumi.
Dijelaskan astronom sekaligus Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, titik balik Matahari atau summer solstice adalah posisi Matahari pada 21 Juni saat mencapai titik paling utara, untuk kemudian kembali lagi ke selatan dalam siklus tahunannya.
"Siklus tahunan tersebut terjadi karena kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap bidang orbit Bumi," kata Djamal dihubungi detikINET, Senin (21/6/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan olehnya, pada 22 Juni Matahari mencapai titik paling utara (summer solstice) lalu balik ke selatan. Selanjutnya pada 23 September, Matahari mencapai ekuator (autumnal equinox) dan mencapai titik paling selatan (winter solstice) pada 22 Desember, kemudian kembali lagi ke utara. Pada 21 Juni, Matahari mencapai ekuator (vernal equinox).
Perubahan posisi Matahari pada siklus tahunan tersebut menyebabkan perubahan pemanasan Bumi. Di belahan Bumi utara, siang menjadi lebih lama, sedangkan di belahan selatan malamnya menjadi lebih panjang.
"Titik balik utara menandai awal musim panas di belahan Bumi utara dan awal musim dingin di belahan Bumi selatan," kata Djamal.
Perubahan pemanasan tersebut berdampak pada perubahan arah angin. Angin mulai bertiup dari selatan menuju utara. Karena efek rotasi bumi, arah angin menjadi dari arah tenggara di selatan ekuator dan membelok ke timur laut setelah melewati ekuator.
"Perubahan arah angin tersebut berdampak pergeseran awan dan pembentukan hujan ke wilayah utara. Hal itu menyebabkan musim kemarau di Indonesia. Jadi summer solstice atau titik balik utara Matahari juga tanda segera mulainya musim kemarau di Indonesia," tutupnya.
(rns/rns)