Reaktor Generasi 4 Lebih Murah, BATAN Ingin PLTN Segera Dibangun
Hide Ads

Reaktor Generasi 4 Lebih Murah, BATAN Ingin PLTN Segera Dibangun

Pradito Rida Pertana - detikInet
Minggu, 06 Jun 2021 08:30 WIB
BATAN
Peneliti Senior Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir Dr. Geni Rina Sunaryo (baju merah) saat memberikan keterangan. Foto: Pradito Rida Pertana
Yogyakarta -

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mengklaim rancangan reaktor nuklir generasi keempat lebih murah dari harga sekarang. Pasalnya, BATAN telah mendesain reaktor dengan teknologi tersebut dan tinggal menunggu Pemerintah untuk memberi lampu hijau penggunaan energi nuklir.

Peneliti Senior Badan Tenaga Nuklir Nasional, Pusat Teknologi Keselamatan Reaktor Nuklir Dr. Geni Rina Sunaryo mengatakan, reaktor generasi ke-4 atau lebih dikenal sebagai High Temperature Gas Reactor (HTGR) tidak lagi menggunakan air sebagai sistem pendinginnya. Menurutnya hal itu lebih efisien dan aman.

"Untuk yang generasi keempat ini (HTGR) hadir dengan penerapan teknologi terbarukan dalam sistem pendinginnya yang menggunakan gas," ucapnya saat ditemui di Kota Yogyakarta, Sabtu (5/6).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karenanya, sejak tahun 2014 pihaknya mengembangkan desain reaktor. Bahkan saat ini menurutnya, BATAN tinggal menunggu hak paten saja.

"Untuk pengembangan desain sudah kita lakukan sejak 2014 lalu dan sempat terhenti dua tahun. Tahun ini seluruh tahapan terselesaikan dan tinggal menunggu hak paten dari tiga badan dunia," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, generasi keempat ini memiliki banyak keunggulan dan memberi lebih banyak keuntungan dibandingkan dengan HTGR generasi ketiga. Selain menghasilkan listrik, reaktor ini juga menghasilkan panas yang bisa digunakan untuk mendukung operasional industri kimia lainnya.

"Panas yang dihasilkan mencapai 1.000 derajat celcius. Ini bisa diaplikasikan untuk industri gas hidrogen, smelter mineral minta sebelum diolah, dan pengolahan tanah jarang," jelasnya.

Batan memutuskan untuk mendesain sendiri reaktor generasi keempat karena mahalnya harga reaktor yang ditawarkan oleh produsen di luar negeri. Ia mengatakan produsen dari Rusia pernah menawarkan harga Rp 4,3 triliun yang hanya mencakup desain konseptual dan detail design engineering.

Pada desain reaktor generasi keempat yang dihasilkan Batan, Geni mengatakan secara keseluruhan biaya yang dibutuhkan mulai dari nol hingga nanti terpasang, hanya berkisar di angka Rp 2,3 triliun. Penggunaan material buatan dalam negeri yang memiliki standar keamanan tinggi menjadi prioritas.

"Karena itu Batan memutuskan untuk membangun reaktor daya eksperimental HTGR di Serpong dengan kapasitas produksi listrik 10 MW dan bakal dinaikkan bertahap hingga 50 MW," katanya.

Geni menyebut, reaktor ini sangat cocok diterapkan dalam pembangunan PLTN di Indonesia. Terlebih, pihaknya sudah melakukan studi terkait di mana saja lokasi yang aman untuk mendirikan PLTN.

"Kita sudah 2 kali studi di Bangka dan Semenanjung Muria Jepara, dan sekarang di Kalimantan Barat. Pilihan itu adalah pilihan logis, mana daerah yang potensi bencananya paling sedikit," katanya.

Dari studi tersebut, PLTN menurutnya sangat layak dibangun di Bangka. Kendati demikian, Geni juga menyebut jika Kalbar saat ini masih impor listrik dari Malaysia.

"Jadi kita punya Jepara, Bangka dan Kalbar, itu kira-kira status saat ini. Tapi kembali ke keputusan pemerintah," ucapnya.

Keberhasilan BATAN ini menjadikan International Atomic Energy Agency (IAEA) menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Internasional High Temperature Reactor Technology 2021 yang diselenggarakan secara virtual, 2-5 Juni 2021. Konferensi tersebut melibatkan peran serta dari 18 negara, dengan 13 negara sebagai pembicara, 83 judul penelitian yang 26 di antaranya berasal dari Indonesia.

BATANKetua Pelaksana Konferensi Internasional High Temperature Reactor Technology 2021 Prof. Djarot Sulistio Wisnubroto (kedua dari kiri) saat memberikan keterangan. Foto: Pradito Rida Pertana

"Kemajuan teknologi reaktor nuklir dapat menjadi salah satu opsi dalam menghadapi tantangan perubahan iklim sekaligus mengatasi kebutuhan energi, dengan tetap mengoptimalkan aspek keamanan dan keselamatan," kata Ketua Pelaksana Konferensi Internasional High Temperature Reactor Technology 2021 Prof. Djarot Sulistio Wisnubroto di tempat yang sama.

Dia menambahkan, konferensi tersebut juga menjadi kesempatan bagi para pakar dan ilmuwan lintas negara untuk saling berinteraksi, khususnya dalam mengembangkan teknologi reaktor sekaligus memecahkan tantangan yang dihadapi.




(rns/rns)