Babi Bisa Serap Oksigen dari Anus, Mungkin Manusia Juga
Hide Ads

Babi Bisa Serap Oksigen dari Anus, Mungkin Manusia Juga

Aisyah Kamaliah - detikInet
Kamis, 20 Mei 2021 05:44 WIB
close up of a pigs face on a truck, behind bars
Babi Bisa Serap Oksigen via Anus, Kemungkinan Manusia Juga. Foto Ilustrasi: Getty Images/iStockphoto/pidjoe
Jakarta -

Berdasarkan penelitian terbaru, babi dapat menyerap oksigen melalui anus. Kemungkinan manusia juga memiliki kemampuan serupa. Penelitian ini akan sangat membantu untuk mengatasi masalah kadar oksigen darah yang rendah.

Ketika kondisi oksigen darah seseorang rendah dalam perawatan intensif, ini bisa membahayakan nyawa. Biasanya, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memasang ventilator akan tetapi ini membutuhkan sedasi dan bisa melukai jaringan paru-paru.

"Ini bisa sangat merusak," ujar Takanori Takebe dari Tokyo Medical and Dental University sebagaimana melansir New Scientist, Kamis (20/5/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, dengan menyalurkan cairan kaya oksigen melalui anus bisa menjadi penyelamat hidup. Pengobatan baru untuk gagal paru dengan proses tersebut telah terbukti berhasil berdasarkan uji pada babi.

Peneliti Takebe bertanya-tanya apakah orang bisa menyerap oksigen melalui usus mereka sebagaimana yang terjadi pada beberapa ikan air tawar. Pada mamalia, rektum dilapisi dengan selaput tipis yang memungkinkan penyerapan senyawa tertentu ke dalam aliran darah, dan dokter sudah memanfaatkannya untuk memberikan beberapa obat sebagai supositoria.

ADVERTISEMENT

Dari gagasan ini, tim Takebe menguji sejumlah babi dengan memberi mereka enema sejenis cairan yang disebut perfluorokarbon, yang dapat menampung oksigen tingkat tinggi. Para peneliti kemudian membius empat babi dan meletakkannya di ventilator yang memberi mereka tingkat pernapasan lebih rendah dari biasanya, sehingga kadar oksigen darah mereka turun.

Ketika mereka memberikan dua babi enema dari cairan beroksigen, diganti sekali dalam satu jam, tingkat oksigen darah mereka meningkat secara signifikan setelah setiap infus. Efek yang sama terjadi ketika cairan dialirkan melalui selang yang dimasukkan ke dalam rektum dari dua babi lainnya. Menurutnya, pendekatan tersebut dapat berguna secara khusus di negara-negara berpenghasilan rendah yang memiliki fasilitas perawatan intensif yang lebih sedikit.

"Ventilator sangat mahal dan membutuhkan sejumlah staf medis untuk mengelolanya," pendapat Takebe.

Salah satu masalahnya adalah fungsi usus dapat saja terganggu pada orang-orang tertentu sehingga membutuhkan perawatan intensif. Ini juga berkemungkinan menyebabkan diare, kata Stephen Brett dari Imperial College London. Kendati demikian, temuan ini masih cukup baik untuk diteliti lebih lanjut.




(ask/fay)