Dear Netizen, Asteroid 2021 Cuma Simulasi Bencana
Hide Ads

Dear Netizen, Asteroid 2021 Cuma Simulasi Bencana

Tim - detikInet
Rabu, 21 Apr 2021 12:18 WIB
NASA: Belasan Asteroid Lintasi Bumi di Bulan Juni
Foto: DW (SoftNews)
Jakarta -

Banyak yang salah mengira, Planetary Defense Conference (PDC) yang digelar para ilmuwan adalah pertemuan untuk merancang strategi penyelamatan Bumi dari ancaman sungguhan Asteroid 2021. Jangan panik, ini cuma simulasi bencana.

PDC akan mengumpulkan para astronom di Wina, Austria pada 26-30 April 2021. Di acara ini, para ilmuwan menyusun rencana jika ada asteroid yang berpotensi menabrak Bumi.

Dalam konferensi tersebut, akan disimulasikan Asteroid 2021 PDC menghantam Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Afrika. Sementara, sebagian besar Asia seperti Indonesia aman dari efek ledakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nah, banyak yang mengira ini pertemuan untuk menghadapi asteroid sungguhan sampai kemudian viral di media sosial dan bikin banyak orang khawatir. Padahal ini adalah simulasi sebagai bagian dari rencana tanggap bencana.

Dikutip dari NASA, Rabu (21/4/2021) dalam simulasinya, asteroid 2021 PDC ditemukan para peneliti pada April 2021 dan diprediksi akan menabrak Bumi pada Oktober 2021. Manusia hanya punya waktu enam bulan untuk mempersiapkan sebelum tabrakan terjadi dalam skenario itu.

ADVERTISEMENT

Skenario diawali ketika astronom menemukan sebuah asteroid pada 19 April 2021. Keesokan harinya, Minor Planet Center menamai asteroid itu dengan nama 2021 PDC.

Sehari setelah 2021 PDC ditemukan, sistem pemantauan dampak Sentry JPL dan sistem CLOMON milik ESA mengidentifikasi apakah asteroid itu berpotensi berdampak pada Bumi. Kedua sistem sepakat bahwa asteroid itu akan berdampak bagi Bumi pada 20 Oktober 2021. Namun, kemungkinan dampak itu rendah, hanya sekitar 1 dari 2.500 kemungkinan.

Dalam skenario itu, astronom tidak mengetahui sifat fisik 2021 PDC. Mereka hanya memperkirakan ukuran rata-rata asteroid sekitar 120 meter. Tetapi, ada perkiraan 35 meter hingga 700 meter.

Ketika pertama kali terdeteksi, asteroid itu berada sekitar 0,38 au (57 juta kilometer atau 35 juta mil) dari Bumi. Au merupakan jarak rata-rata Bumi dari Matahari, 149.597.870,7 km atau 92.955.807 mil.

Kemudian, asteroid itu mendekati Bumi dengan kecepatan sekitar 5 km/ detik dan perlahan-lahan semakin terang. Asteroid 2021 PDC diamati secara ekstensif selama seminggu setelah penemuan, dan seiring dengan bertambahnya kumpulan data pengamatan dari satu hari ke hari berikutnya, probabilitas dampak tabrakan makin meningkat.

Orbit asteroid 2021 PDC disebut eksentrik karena memanjang dari jarak 0,92 au dari Matahari pada titik terdekatnya hingga 1,60 au pada titik terjauh, tepat di luar orbit Mars. Periode orbit asteroid itu adalah 516 hari (1,41 tahun) dan bidang orbitnya adalah miring 16 derajat ke bidang orbit Bumi.

"Asteroid tersebut menjadi cerah hanya sedikit pada hari-hari setelah penemuan, dan mencapai kecerahan puncak hanya sebesar 21,35 pada tanggal 23 April," kutip skenario PDC.

Asteroid 2021 PDC kemudian mendekati Bumi selama tiga minggu setelah penemuan, mencapai titik terdekatnya sekitar 0,35 au pada 9 Mei 2021. Asteroid itu disebut terlalu jauh untuk dideteksi oleh radar dan tidak akan berada dalam jangkauan radar sampai pendekatan yang berpotensi berdampak pada bulan Oktober 2021.

Namun, para astronom terus melacak asteroid setiap malam setelah penemuan, dan kemungkinan tumbukannya terus meningkat.

"Pada 26 April 2021, hari pertama PDC 2021, kemungkinan dampak telah naik menjadi sekitar 5%. Skenario lainnya akan dimainkan di konferensi," lanjut skenario PDC.

Simak juga video 'NASA Pastikan Bumi Aman dari Hantaman Astereoid Apophis':

[Gambas:Video 20detik]



Selanjutnya: Tabrakan asteroid bisa di mana saja

Tabrakan asteroid bisa di mana saja

Menurut NASA, tabrakan dapat terjadi di mana saja. Namun dalam peta yang ditampilkan dalam skenario Asteroid 2021 PDC, dijelaskan bahwa semua wilayah dalam proyeksi ini berisiko terkena dampak potensial. Sebaliknya, wilayah Bumi yang tidak termasuk dalam gambar, misalnya Australia dan Indonesia tidak berisiko.

"Jika asteroid berada pada lintasan tabrakan, probabilitasnya akan terus meningkat, mencapai setinggi 30% pada akhir minggu (Oktober), 70% pada minggu depan, dan 90% selama minggu berikutnya. Jika asteroid tidak berada pada lintasan tumbukan, probabilitas tumbukan mungkin masih meningkat untuk sementara tetapi pada akhirnya akan turun ke nol," demikian penjelasan skenario PDC.

Ukuran Asteroid 2021 PDC tidak pasti, mulai dari yang paling kecil 35 meter hingga yang paling besar 700 meter. Perkiraan itu didasarkan pada kecerahan asteroid, perkiraan jaraknya, dan berbagai kemungkinan albedos (reflektivitas). Akibatnya, potensi dampak kerusakan dan risiko penduduk juga sangat tidak menentu.

Namun, skenario menyebutkan, energi yang mungkin dilepaskan saat terjadi benturan dapat berkisar dari 1,2 Mt hingga 13 Gt (setara TNT). Bahaya utama dari insiden itu adalah semburan udara yang menyebabkan tekanan ledakan berlebih yang mungkin mencapai tingkat yang tidak dapat dihindari.

Ukuran area potensi kerusakan ledakan dari Asteroid 2021 PDC dapat berkisar dari lokal (beberapa kilometer) di ujung kecil pada kisaran ukuran asteroid yang mungkin, hingga regional (ratusan kilometer) di ujung besar.

Lebih dari itu, para astronom juga menyiapkan aplikasi Defleksi NEO JPL/ Aerospace Corp. untuk menghitung lintasan pesawat ruang angkasa penabrak kinetik, serta massa pesawat ruang angkasa yang dapat diluncurkan ke lintasan tersebut dengan berbagai kendaraan peluncur.