Tingkat Kepatuhan Protokol Kesehatan Turun, Psikolog Sebut Caution Fatigue
Hide Ads

Tingkat Kepatuhan Protokol Kesehatan Turun, Psikolog Sebut Caution Fatigue

Aisyah Kamaliah - detikInet
Rabu, 09 Des 2020 11:23 WIB
Masih banyak orang yang mengabaikan penggunaan masker saat pandemi COVID-19 ini. Seperti yang dilakukan para pecinta burung berkicau ini.
Ilustrasi tidak memakai masker. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Tingkat kepatuhan menjalankan protokol kesehatan menurun. Psikolog pun membahas adanya fenomena caution fatigue, apa itu?

Dalam sebuah sesi wawancara, Psikolog Ajeng Raviando menyatakan sudah banyak orang yang bepergian untuk liburan karena stres luar biasa. Ini wajar, akan tetapi banyak juga yang 'kebablasan' sehingga cenderung abai pada protokol kesehatan.

"Sebelumnya sudah 8 bulan di rumah gak apa-apa, tapi lama-lama ada yang bilang konspirasi lah, ini ada yang condongnya ke denial. Padahal banyak loh yang di rumah sakit (karena COVID-19)," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sini lah Ajeng menyadari adanya fenomena caution fatigue, suatu keadaan yang membuat seseorang dipenuhi rasa jenuh. Ketika sudah dijejali dengan perasaan negatif, motivasi atau minat menjadi lebih rendah untuk mengambil tindakan pencegahan keselamatan.

Caution fatigue terjadi karena keadaan menuntut manusia harus terus menerus waspada. Ancaman bisa mengaktifkan hormon stres yang disebut kortisol, dan itu bisa mempengaruhi kesehatan dan fungsi otak.

ADVERTISEMENT

Ketika kita mengalami stres tingkat tinggi, kita mulai tidak peka terhadap stres itu. Itulah kemudian mengapa kita mulai kurang memperhatikan situasi yang berisiko.

Tingkat kepatuhan menjalankan protokol kesehatan

Badan Pusat Statistik (BPS) telah memaparkan tingkat kepatuhan masyarakat akan protokol kesehatan (prokes) aman COVID-19. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perilaku masyarakat selama pandemi, khususnya penerapan protokol kesehatan dan upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

Pengumpulan data dilakukan melalui penyelenggaraan 'Survei Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi COVID-19' pada periode 7 sampai dengan 14 September 2020 secara online. Jumlah responden dalam survei sebanyak 90.967 (44,77% laki-laki, dan 55,23% perempuan).

Hasilnya, 55% responden yang tidak patuh beralasan karena tidak adanya sanksi. Diikuti dengan harga masker, face shield, hand sanitizer, APD, cenderung mahal (23%), kesulitan menjalankan pekerjaan jika harus menerapkan prokes (33%), dan mengikuti orang lain (21%).

Konspirasi berkeliaran salah satu efek caution fatigue

Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut ada empat hal yang menyebabkan kenaikan kasus dapat terjadi. Pertama, masyarakat belum berdisiplin mematuhi protokol kesehatan COVID-19. Penyebab kedua adalah masyarakat semakin lengah dan mengabaikan protokol kesehatan COVID-19.

Untuk alasan ketiga, masyarakat takut melakukan tes corona ketika sudah memiliki gejala terjangkit COVID-19. Terakhir tetapi cukup menarik perhatian adalah beredar berita yang menyatakan COVID-19 adalah konspirasi.

Semua ini sebenarnya memiliki satu kesamaan, yakni efek dari caution fatigue yang mungkin tanpa sadar dialami oleh seseorang.

"Kita ini sudah capek dengan rasa terkejutnya, informasinya sedih-sedih semua nggak ada positif. Akhirnya kerja otak bingung menentukan prioritas yang penting," kata Ajeng.


Apa yang harus dilakukan jika mengalami caution fatigue?

Tugas untuk membenahi tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan sebenarnya dibutuhkan bantuan banyak pihak. Tak hanya dari diri sendiri, media juga bertugas untuk memberikan rasa aman dan pesan positif kepada masyarakat. Begitu juga pemerintah, sebaiknya juga tidak terlalu menanamkan ketakutan melainkan anjuran yang membangkitkan keinginan mematuhi prokes.

"Penting untuk membangun mindset dan kebiasaan positif, dan dengan dengan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker) itu," ucap Ajeng.

Kamu bisa mulai memilah berita mana yang ingin konsumsi. Jika memang sudah merasa jengah dengan kondisi COVID-19, ada baiknya untuk membatasi diri membaca artikel terkait isu tersebut setiap harinya.

"Alihkan dengan kegiatan positif yang membuat kamu senang, melakukan hobi, olahraga misalnya yoga sendirian lihat video," anjur Ajeng menyudahi percakapan.




(ask/rns)