Wabah Teraneh dalam Sejarah, Menari Tanpa Henti Sampai Meninggal
Hide Ads

Wabah Teraneh dalam Sejarah, Menari Tanpa Henti Sampai Meninggal

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 05 Okt 2020 17:57 WIB
Wabah menari
Ilustrasi wabah menari. Foto: Guardian
Jakarta - Wabah menari yang tercatat dalam sejarah berlangsung pada tahun 1518 banyak disebut sebagai wabah teraneh. Bagaimana tidak, mendadak banyak orang menari tanpa henti saat itu, sebagian bahkan disebut sampai meninggal dunia.

Pada awalnya di Juli 1518 di Kota Strasbourg, Prancis, seorang wanita yang disebut bernama Frau Troffea keluar rumahnya dan mulai menari. Awalnya ia dikerumuni orang-orang yang merasa terhibur, sebagian bertepuk tangan. Masalahnya, Frau menari tanpa bisa berhenti.

Konon, dia menari selama 6 hari. Memang malam hari wanita ini beristirahat, tapi keesokan harinya ia kembali menari sampai kakinya berdarah-darah. Tidak hanya dia, sekitar 50 sampai 400 orang mengalami hal yang sama. Menari massal pun tidak lagi menyenangkan, malah menghadirkan kengerian.

Karena dunia medis belum maju, ada dokter yang menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah darah di otak mereka terlampau panas. Perawatannnya malah mereka dikumpulkan dan tetap dibiarkan menari sehingga berakibat fatal.

"Sebuah puisi di arsip kota itu menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya, orang-orang dalam kegilaan mereka terus menari sampai tidak sadarkan diri dan beberapa meninggal dunia," tulis Guardian yang dikutip detikINET. Sebagian lagi menganggap peristiwa ini adalah hukuman dari yang Maha Kuasa.

Jumlah kematian ataupun seberapa banyak orang yang menari memang tidak jelas. Wabah menari bahkan sudah terjadi dari masa sebelumya, yaitu di abad ketujuh sebelum lenyap dan muncul lagi dengan puncaknya di abad 15 dan 16.

Pada musim panas tahun 1374 di Rhineland, Jerman, terjadi wabah semacam itu yang dicatat oleh Justus Friedrich Karl Hecker, seorang penulis medis.

"Mereka membentuk lingkaran dan berpegangan tangan, tampaknya kehilangan kontrol indra, terus menari berjam-jam bersama-sama, sampai rebah ke tanah karena kelelahan," tulisnya. Setelah lelah dan istirahat, mereka menari lagi dan begitulah seterusnya.

Ilmuwan modern coba mengungkap apa penyebab wabah menari tersebut. Ada yang meyakininya sebagai masalah psikologi terkait tekanan hidup, misalnya merebaknya kelaparan ataupun penyakit pada masa itu. Maka terjadilah histeria massal.

"Dengan kedatangan zaman kegelapan, merebaknya episode psikogenik massal menjadi lebih sering," kata ahli sosilogi, Alan C Kerchkhof dalam bukunya Mass psychogenic illness: A social psychological analysis (1982).

Penjelasan lainnya adalah para penari memakan jamur yang mengandung LSD. Namun demikian, efek LSD biasanya hanya berlangsung kurang dari 24 jam, padahal para korban wabah menari sampai beberapa hari. Sungguh misterius!


(fyk/fay)