Sejak pandemi COVID-19 melanda, orang-orang kini berperilaku hidup bersih. Namun apa yang dilakukan warga Amerika Serikat (AS) ini, malah meracuni diri sendiri.
Bayangkan saja, mereka merasa tak cukup hanya dengan membersihkan rumah dan lingkungan sekitarnya dengan cairan disinfektan. Mereka juga merasa perlu meminum dan berkumur cairan pemutih yang mereka yakini bisa mencegah dari infeksi COVID-19.
Informasi ini tidak mengada-ada. Badan kesehatan setempat menyebutkan, April lalu terjadi lonjakan tak biasa terkait dengan laporan keracunan akibat produk pembersih rumah tangga seperti pemutih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti dikutip dari ArsTechnica, waktu lonjakan terjadi, terkait erat dengan masa ketika virus Corona sedang gencar-gencarnya merebak. Untuk memperjelas penyebab situasi ini, para peneliti di Centers for Disease Control (CDC) pun melakukan survei online terkait dengan pengetahuan dan praktik kebersihan rumah dan disinfeksi.
Secara keseluruhan, mereka menyurvei 502 orang dewasa AS dan menggunakan pembobotan statistik untuk membuatnya mewakili populasi negara itu. Hasil dari survei tersebut sungguh mencengangkan.
Secara keseluruhan, 60% responden mengatakan mereka melakukan lebih banyak aktivitas bersih-bersih menggunakan disinfektan di tengah pandemi. Sebanyak 39% mengaku melakukan setidaknya satu praktik pembersihan yang tidak direkomendasikan, yang menurut CDC justru berisiko membahayakan kesehatan.
Praktik berisiko paling umum adalah mencuci buah, sayuran, dan makanan lainnya dalam larutan pemutih. Sebanyak 19% mengatakan mereka melakukan ini.
Dari jumlah tersebut, 18% mengatakan mereka menggunakan pembersih rumah tangga, bukan sabun tangan, untuk mencuci tangan atau bagian tubuh lainnya. Sebanyak 10% mengatakan mereka mengira diri sudah sangat bersih dengan pembersih rumah tangga dan produk desinfektan.
![]() |
Yang mengkhawatirkan adalah, ada 6% responden mengatakan mereka secara sengaja menghirup uap dari pembersih rumah tangga, termasuk salah satunya cairan pemutih. Sebanyak 4% orang bahkan berkumur dan minum pembersih rumah tangga seperti pemutih dan cairan sabun.
Dari perilaku tak normal tersebut, tidak mengherankan ada 25% responden yang melaporkan efek sampingnya pada kesehatan, yakni merasa pusing, iritasi kulit, mual, hingga masalah pernapasan.
Pada survei terkait dengan serangkaian pertanyaan tentang praktik pembersihan yang aman, para responden nyatanya beum teredukasi dengan baik.
Misalnya, hanya 23% yang tahu bahwa kita tidak boleh menggunakan air panas untuk membuat larutan pemutih, dan hanya 35% yang tahu bahwa pemutih tidak boleh dicampur dengan cuka.
![]() |
Sebanyak 58% tahu bahwa pemutih tidak boleh dicampur dengan amonia. Untuk diketahui, pemanasan pemutih atau mencampurkannya dengan cuka atau amonia dapat menciptakan gas klorin atau kloramin yang dapat merusak jaringan paru-paru.
Terlepas dari banyaknya jawaban yang mengkhawatirkan dari pertanyaan-pertanyaan survei, 82% melaporkan bahwa mereka sangat setuju atau agak setuju dengan pernyataan bahwa mereka tahu cara membersihkan dan mendisinfeksi rumah dengan aman.
"Terlepas dari kesenjangan pengetahuan dan praktik berisiko tinggi yang diidentifikasi dalam survei ini, sebagian besar responden percaya bahwa mereka tahu cara membersihkan dan mendisinfeksi rumah mereka dengan aman," tulis peneliti CDC.
"Dengan demikian, pesan pencegahan harus menyoroti kesenjangan yang diidentifikasi dalam pengetahuan tentang praktik yang aman dan efektif dan memberikan informasi yang ditargetkan menggunakan strategi komunikasi inovatif lewat jalur digital dan media sosial, terkait pembersihan dan disinfeksi yang aman," tutup CDC.
(rns/rns)