Ada ilmuwan yang pekerjaannya mengumpulkan virus berbahaya di kelelawar. Hewan ini dikenal membawa banyak virus di tubuhnya. Mencari virus dari kelelawar adalah pekerjaan berbahaya dan mencekam.
Sebelum masuk gua sarang kelelawar, tim ilmuwan mengenakan kostum pelindung lengkap, masker dan sarung tangan tebal, menutup seluruh bagian tubuh. Dikutip detikINET dari CNN, Senin (27/4/2020) kontak sedikit saja dengan kotoran atau urin kelelawar bisa membuat mereka terpapar dengan virus mematikan yang mungkin belum teridentifikasi.
Memakai senter di kepala, mereka pun memasuki sistem gua di selatan Provinsi Yunnan, China. Mereka membius kelelawar itu, kemudian secara hati-hati mengambil sampel darah dari pembuluh darah di sayapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami juga mengumpulkan sampel di mulut dan tinja," kata Peter Daszak, ilmuwan dari EcoHealth Alliance, LSM asal Amerika Serikat yang fokus pada deteksi virus baru serta upaya mencegah pandemi.
Baca juga: Total 4 Anggota Polda Kepri Positif Corona |
Dalam 10 tahun terakhir, dia telah mengunjungi lebih dari 20 negara memburu virus di gua-gua. Virus yang dicarinya terutama adalah corona. Dia dan ilmuwan lain dengan pekerjaan sama, menyusun daftar virus dari binatang dan memprediksi yang mana kira-kira bisa menular ke manusia.
"Kami telah mengumpulkan lebih dari 15 ribu sampel di kelelawar yang membuat terindentifikasi sekitar 500 coronavirus baru," kata dia. Salah satunya, ditemukan pada tahun 2013, punya kemungkinan sebagai 'nenek moyang' COVID-19 yang merebak saat ini.
Sebelum epidemi SARS di 2003, riset coronavirus tak banyak menarik perhatian. "Tak dianggap cabang seksi riset medis," cetus Wang Linfa, ahli virologi National University of Singapore. Sebab, hanya dua coronavirus di manusia teridentifikasi sebelum itu, pada tahun 1960-an.
Di pihak lain, pada tahun 2009, didirikan Tracker, organisasi untuk memprediksi pandemi. Didanai oleh USAID, tugasnya adalah mengidentifikasi dan merespons jika ada penyakit baru yang dapat menular dari hewan ke manusia. Sejak berdirinya, ada 5 lagi jenis coronavirus manusia teridentifikasi, termasuk COVID-19.
Daszak mengestimasi bahwa kelelawar punya sekitar 15 ribu virus Corona, hanya beberapa ratus yang telah diketahui. Tim Daszak fokus di wilayah selatan China yang punya populasi besar kelelawar.
"Kami mengincar China awalnya karena kami mencari asal SARS. Tapi kami lalu sadar ada ratusan coronavirus berbahaya jadi kami memutuskan beralih perhatian untuk menemukannya," ujarnya.
Warga di China dan Asia Selatan rutin kontak dengan hewan liar, memburu dan memakannya. Setelah menganalisa sampel darah dari warga yang tinggal di dekat dua gua kelelawar di Yunnan, tim Daszak menemukan 3% dari mereka punya antibodi seperti di kelelawar, artinya mereka sudah terpapar virus.
Saat ini, hewan apa yang menularkan virus COVID-19 ke manusia memang masih jadi perdebatan. Selain kelelawar, trenggiling atau musang jadi kandidat. Tapi memang virus semacam itu biasanya berasal dari kelelawar yang membawa banyak virus dengan kemungkinan menular ke manusia.
Baca juga: Misteri Pasien Pertama Virus Corona |
"Karena kelelawar adalah mamalia terbang, tubuh mereka terpapar banyak stres, yang normalnya memicu respons sistem imun. Untuk ini, mereka menurunkan sistem imunnya, membuat mereka rentan terkena virus dan mampu menoleransinya," kata Daszak.
Ketika COVID-19 muncul, ahli virologi di Wuhan Institute of Virology segera membandingkannya dengan database yang dikumpulkan oleh mereka serta EcoHealth Alliance. Mereka mungkin sudah menemukan asalnya.
"Coronavirus baru ini cocok dengan sampel yang diambil dari kelelawar di gua di Yunan pada 2013. Identik 96,2%," kata Daszak. Artinya, virus di Yunnan bisa jadi adalah 'induk' COVID-19 atau berhubungan sangat dekat.
"Sangat tinggi kecenderungan host binatang perantara terlibat dan menularkan virus itu ke manusia, mencakup 3,8 % perbedaan di genomnya," paparnya lagi.