Ilmuwan Australia Berhasil Mereplikasi Virus Corona
Hide Ads

Ilmuwan Australia Berhasil Mereplikasi Virus Corona

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 30 Jan 2020 11:49 WIB
Sejumlah Negara Rencanakan Evakuasi saat Cina Berjuang Tahan Wabah Virus Corona
Ilustrasi dampak penyebaran virus corona, orang-orang melindungi diri menggunakan masker. Foto: DW News
Jakarta -

Ilmuwan dari The Peter Doherty Institute for Infection and Immunity Australia, menjadi yang pertama berhasil mereplikasi virus corona di luar China. Keberhasilan ini sangat penting, karena replika virus tersebut bisa diteliti.

Replikasi virus ditumbuhkan dari seorang pasien yang terinfeksi corona sejak Jumat (24/1) lalu. Kini, temuan tersebut akan dibagikan ke organisasi kesehatan dunia WHO untuk pengembangan lebih lanjut.

"Kami telah melakukan penelitian eperti ini selama bertahun-tahun, dan itulah mengapa kami bisa mendapatkan jawaban dengan sangat cepat," kata Dr Mike Catton, salah satu peneliti dari The Peter Doherty Institute for Infection and Immunity, seperti dikutip dari BBC, Kamis (30/1/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dr Catton mengatakan, virus tersebut akan mengetes apakah antibodi dalam tubuh orang yang diduga terinfeksi corona itu bekerja dengan baik. Jika iya, virus itu akan lenyap. Tapi jika tidak, salah satu akibatnya adalah kematian.

Para dokter mengatakan, tiruan virus tersebut dapat digunakan sebagai materi kontrol untuk pengujian dan akan menjadi terobosan baru dalam diagnosis. Hal ini bisa melibatkan tes diagnosis dini yang dapat mendeteksi virus pada seseorang bahkan sebelum menunjukkan gejala.

ADVERTISEMENT

Selain itu, berkat temuan ini peneliti akan terbantu dalam memahami perilaku virus yang punya nama lain 2019-nCoV ini. Dr Catton dan ilmuwan lainnya berharap, terobosan ini akan mempercepat pengembangan vaksin dan mengobati orang yang terinfeksi virus.

Sejauh ini, virus corona telah membunuh 132 orang di China dan menginfeksi hampir 6.000 orang. Setidaknya ada 47 kasus virus corona yang terkonfirmasi di 16 negara di luar China, termasuk Thailand, Prancis, Amerika Serikat dan Australia, namun belum ada laporan korban meninggal di luar China.




(rns/fay)