Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan bahwa hari tanpa bayangan ini sesungguhnya merupakan fenomena yang terjadi tiap tahun, di mana dalam satu tahun terjadi dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika hari tanpa bayangan atau kulminasi, atau istilahnya equinox, itu sebagai acuan pergantian musim," ucap Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto saat dihubungi detikINET.
Lebih lanjut, kata Rhorom, Matahari yang sebelumnya berada di atas Bumi atau di belahan utara, maka dengan adanya fenomena ini, Matahari akan berada di belahan Bumi selatan. "Bumi belahan selatan akan memasuki musim panas, sedangkan di belahan utara memasuki musim dingin."
Bagaimana dengan dampaknya dengan Indonesia?
"Equinox tanggal 22 September bisa dianggap sebagai pergantian musim. Tapi tidak bisa bilang bahwa tanggal 23 September sudah akan hujan. Memang tidak bisa dibilang tegas karena selalu ada transisi dan perubahan iklim global bisa mempengaruhi pola musim hujan yang akan terjadi nanti di Indonesia," tuturnya.
(agt/krs)