Kenapa Gempa Bumi Tak Bisa Diprediksi? Ini Kata Ahli
Hide Ads

Kenapa Gempa Bumi Tak Bisa Diprediksi? Ini Kata Ahli

Fino Yurio Kristo - detikInet
Sabtu, 03 Agu 2019 11:55 WIB
Ilustrasi. Foto: Mindra Purnomo
Jakarta - Sampai saat ini, belum ada teknologi yang dapat memprediksi kapan tepatnya sebuah gempa Bumi terjadi melainkan hanya potensinya. Apa sebabnya?

Ilmuwan memang sudah dapat memperkirakan kapan kira-kira gempa susulan terjadi, tapi hanya setelah gempa pertama muncul. Awal Juli silam misalnya, diprediksi bahwa California Selatan memiliki 27% peluang terjadinya gempa Bumi susulan untuk ketiga kali dengan magnitude di atas 6.

Kemungkinan tersebut dibuat ilmuwan di United States Geological Survey (USGS) menggunakan model berdasarkan kebiasaan seismik dan data selama beberapa dekade tentang gempa susulan. Tapi prediksi yang sama tidak dapat diterapkan soal kapan gempa pertama bakal terjadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Bahkan meskipun secara teori mungkin, secara praktis adalah mustahil," kata Andrew Michael, ahli Geofisika di USGS yang dikutip detikINET dari Reuters.

Hal terbaik yang dapat dilakukan seismolog adalah menggunakan data historis untuk memprediksi bahwa sebuah gempa dengan magnitude tertentu akan terjadi di sebuah wilayah. Hal itu berguna misalnya untuk antisipasi dengan membangun gedung tahan gempa, tapi tidak akan dapat memperingatkan penduduk bahwa gempa akan segera terjadi di waktu tertentu.

"Masalahnya, Bumi adalah sesuatu yang kompleks," sebut Christopher Scholz, profesor emeritus di Columbia University's Lamont-Doherty Earth Observatory.

"Riset menunjukkan getaran gempa memiliki pola karakteristik sama. Setelah getaran pertama terjadi, terbangunlah intensitas, kemudian puncaknya, lalu getaran menurun. Gempa besar dan kecil dimulai dengan cara sama, tapi tak ada cara untuk mengetahui kapan puncaknya, yaitu magnitude maksimal dari gempa, tercapai," sebut kolumnis sains Forbes, David Bressan.

"Gempa Bumi terjadi dari patahan tiba-tiba bebatuan di kedalaman, dipicu oleh kekuatan yang bahkan lebih dalam lagi di Bumi. Sangat sulit untuk benar-benar memahami bagaimana bebatuan 'bertingkah' dengan tekanan dan temperatur yang meningkat di sana," paparnya.

"Eksperimen di laboratorium terbatas pada sampel yang kecil dan mengebor di zona sesar adalah sesuatu yang sulit dan merupakan operasi yang sangat mahal," sebutnya lagi.


Di sisi lain sejak lama, ada teori tentang tingkah binatang yang tidak biasanya menjelang terjadinya gempa. Tapi meskipun riset modern coba menganalisis soal ini, secara umum hal itu tidak dapat diandalkan untuk melakukan prediksi yang pasti.

"Pada beberapa kasus, gempa Bumi diawali oleh satu atau beberapa perubahan. Di kasus lain, tidak ada tanda apapun yang bisa diobservasi, meskipun terjadi gempa merusak," tandas David.

Mengutip keterangan BMKG pada akhir Juli lalu, belum ada satupun orang di dunia maupun teknologi yang dapat memprediksi terjadinya gempa bumi dengan tepat dan akurat. Adapun, yang rutin diinformasikan BMKG adalah "potensi" bencana tersebut.

"Sehingga BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi prediksi gempa bumi," kata Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhamad Sadly seperti dikutip CNBC Indonesia.


(fyk/afr)