Mengerikan! Sejuta Spesies Terancam Punah Karena Manusia
Hide Ads

Mengerikan! Sejuta Spesies Terancam Punah Karena Manusia

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 07 Mei 2019 12:01 WIB
Mengerikan! Sejuta Spesies Terancam Punah Karena Manusia
Sebuah sungai penuh polusi di Bangladesh. Foto: Reuters
Jakarta - Di darat, laut dan udara, kerusakan yang dilakukan manusia pada Bumi semakin terlihat. Laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memberi gambaran mengerikan, sejuta spesies binatang dan tumbuhan terancam punah.

Alam di mana-mana mengalami penurunan kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pemicu utama adalah kebutuhan manusia akan energi dan makanan yang kian melonjak. Tren tersebut bisa diperbaiki menurut studi PBB ini, tapi perlu perubahan transformatif di semua aspek.

"Kepunahan spesies global sudah puluhan ribu kali lebih tinggi dibandingkan 10 juta tahun terakhir," sebut Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), komite PBB yang laporannya ditulis 145 pakar dari 50 negara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip detikINET dari CNN, habitat yang menyusut, eksploitasi sumber daya alam, perubahan iklim dan polusi merupakan alasan utama kepunahan pesat banyak spesies. Hal itu menimbulkan ancaman pada 40% amfibi, 33% terumbu karang dan lebih dari sepertiga mamalia laut.




"Kesehatan ekosistem di mana kita dan semua spesies lain bergantung memburuk lebih cepat dari sebelumnya," kata Sir Robert Watson, salah satu penyusun IPBES.

Di samping perubahan iklim, manusia adalah 'tersangka' utama kerusakan biodiversitas. Kita telah mengubah 75% daratan dan 66% ekosistem laut sejak masa pra industri. Populasi dan permintaan sumber daya yang terus bertambah mengakibatkan pengaruh buruk.

Mengerikan! Sejuta Spesies Terancam Punah Karena Manusia

Terlebih lagi, populasi manusia meroket lebih dari dua kali lipat, dari 3,7 miliar menjadi 7,6 miliar, hanya dalam 50 tahun terakhir. Dan gross domestic product (GDP) per orang menjadi empat kali lebih tinggi.

Sudah lebih dari sepertiga daratan dan 75% suplai air digunakan untuk produksi bahan makanan serta ternak. "Begitu kecil bagian dari Bumi ini yang belum secara signifikan diubah oleh kita. Kita perlu beraksi sebagai pengurus Bumi," tandas Sandra Diaz, salah satu penulis laporan itu.

Polusi plastik telah meningkat 10 kali lipat sejak tahun 1980, dengan rata-rata 300 sampai 400 juta ton sampah dibuang ke perairan tiap tahun. Polusi yang menerpa ekosistem laut menyebabkan 400 'zona mati' di samudera, dengan area lebih luas dari Inggris raya. Wilayah mati itu sangat kekurangan oksigen sehingga begitu sulit mendukung kehidupan lautan.

Halaman Selanjutnya: Sudahkah Terlambat Memperbaiki Bumi?

Sudahkah Terlambat Memperbaiki Bumi?

Sampah plastik di India. Foto: Reuters
Meski gambaran itu terdengar sangat menyedihkan, ilmuwan menilai pada saat ini belum terlambat untuk memperbaiki Bumi. "Tidak terlambat untuk membuat perbedaan, tapi jika hanya kita memulai sekarang di setiap level dari lokal ke global,' sebut Watson.

Hal itu membutuhkan perubahan besar dalam sistem ekonomi dan mindset sosial serta politik. Pemerintah harus membuat gebrakan drastis sekarang juga untuk menghindari masa depan suram dalam 10 sampai 20 tahun ke depan ketika keamanan makanan dan perubahan iklim menjadi kian rentan.

Perubahan iklim telah berkontribusi pada hilangnya biodiversitas dan memicu cuaca lebih ekstrim. Belum lagi kenaikan level laut yang akan menimbulkan krisis dalam dekade ke depan.

Laporan itu menyebut manusia antara lain bisa memperbaiki perencanaan pertanian agar selain menyediakan makanan juga mendukung kehidupan yang ada di sana. Saran lain seperti memperbaiki rantai suplai dan meminimalisir sampah makanan.

"Kita adalah generasi pertama dengan perangkat untuk mengamati bagaimana Bumi telah diubah dan membahayakan kita sendiri. Kita juga generasi terakhir dengan kesempatan untuk mempengaruhi arah perubahan itu," sebut Gunter Mitclacher dari World Wildlife Fund (WWF).

"Sekarang adalah waktunya untuk beraksi, tidak dengan setengah hati dan coba-coba, akan tetapi secara drastis dan tegas," tandasnya.

Saran lainnya adalah jumlah lautan dan daratan yang dilindungi harus ditingkatkan dengan cepat supaya tidak semakin rusak. "Kita perlu mengamankan separuh planet sampai 2050 dengan target 30% di 2030," kata Jonathan Baillie dari National Geographic Society.

"Kemudian kita harus memperbaiki alam dan memicu inovasi. Hanya dengan itulah kita akan mewariskan generasi masa depan sebuah planet yang sehat dan lestari," tambah dia.

Halaman 2 dari 2
(fyk/fyk)