Kini, pemerintah Rusia resmi membuka lagi kasus yang sudah 60 tahun lebih diselimuti tanda tanya tersebut. Seiring waktu berjalan pun sudah banyak artikel, buku, hingga dokumenter yang muncul berusaha menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi saat itu.
Lantas, apa sebenarnya yang terjadi pada sembilan mahasiswa tersebut? Pada 23 Januari 1959, orang-orang yang berasal dari Ural Polytechnic Institute itu pergi mendaki Pegunungan Ural.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, mereka akan menempuh perjalanan sepanjang lebih dari 300 km dalam 16 hari. Sesampai di tujuan, tim tersebut akan melakukan kontak melalui telegram.
Karena tidak ada kontak selang beberapa hari, dan mereka tak jua pulang, pencarian pun mulai dilakukan pada 20 Februari. Enam hari setelahnya, regu pencari menemukan tenda yang sudah terkoyak. Barang-barang seperti pakaian dan sepatu, ditemukan di dalamnya.
Beberapa hari setelahnya, mayat dua anggota penjelajah, Yuri Doroshenko dan Yuri Krivonischenko, ditemukan sekitar 2 kilometer dari tenda. Kemudian, tiga jasad pendaki ditemukan, salah satunya adalah Igor Dyatlov, selang beberapa hari. Sedangkan empat jenazah sisanya baru ditemukan pada Mei ketika salju mencair.
Kondisi mayat-mayat tersebut saat ditemukan menimbulkan banyak tanda tanya lantaran banyak yang hanya mengenakan pakaian dalam. Selain itu, ada yang cuma mengenakan sebelah sepatu, sekadar kaus kaki, bahkan ada yang bertelanjang kaki.
Baca juga: Ini Fakta-fakta Unik Gunung Everest |
Laporan menyebut enam orang meninggal karena hipotermia. Sedangkan tiga sisanya tewas akibat cedera parah, seperti patah pada tulang dan tengkorak.
Penyelidikan pun dihentikan pada Mei 1959. Sejak saat itu, sampai saat ini, deskripsi penyebab kematian mereka hanya dijelaskan sebagai faktor alam semata.
Halaman Selanjutnya: Teori Konspirasi Seputar Dyatov Pass Incident
Teori Konspirasi Seputar Dyatov Pass Incident
Alien hingga yeti masuk sebagai penyebab-penyebab kematian para pendaki dalam kasus Dyatlov Pass Incident. Foto: Istimewa
|
Beberapa pihak beranggapan bahwa hipotesis itu masih belum bisa menjelaskan banyak kejanggalan dari peristiwa tersebut. Terlebih, tidak ada bukti fisik yang menunjukkan kejadian semacam itu sempat terjadi saat sembilan mahasiswa itu mendaki.
Salah satu teori yang populer mengenai Dyatlov Pass Incident ini adalah mengenai frekuensi suara infrasonik. Donnie Eichar adalah sosok yang mempopulerkannya dalam buku tulisannya berjudul "Dead Mountain: The Untold True Story of the Dyatlov Pass Incident".
Setelah berkonsultasi dengan para ahli fisika, ia menyimpulkan bahwa kombinasi antara angin di dataran tinggi dengan lekukan pada pegunungan di sekitarnya telah menghasilkan frekuensi suara infrasonik yang terlalu rendah untuk diterima telinga manusia. Frekuensi tersebut dapat menyebabkan kepanikan bagi manusia.
Maka dari itu, mereka menyobek tenda dan keluar untuk menjauhi frekuensi tersebut. Sayangnya, mereka pergi terlalu jauh dan sudah terlambat untuk kembali ke daerah yang aman. Ada yang mati karena hipotermia, dan ada yang menderita cedera karena jatuh ke jurang, lokasi ketika mereka ditemukan.
Baca juga: Deretan Hewan Paling Aneh di Dunia |
Masih dalam bukunya itu, Eichar menjelaskan sembilan mahasiswa itu juga bisa tewas lantaran masuk ke daerah keramat dari Suku Mansi. Hal ini membuat etnis tersebut memberikan 'pelajaran' kepada mereka, sebagaimana detikINET kutip dar The Moscow Times, Selasa (2/4/2019).
Di samping tulisan Eichar, teori-teori yang melibatkan yeti hingga alien juga merebak. Mari kita mulai dari nama pertama.
Yeti disebut-sebut lantaran ada beberapa pendaki yang tewas dengan patah pada tulang dan tengkorak. Cedera tersebut bisa jadi disebabkan oleh kekuatan 'manusia super' yang 'menghajarnya'.
Lalu, terkait alien, ada sejumlah laporan yang menyebut bahwa warga lokal mengaku melihat objek misterius yang terbang melintas langit. Bisa jadi, objek tersebut adalah UFO yang isinya merupakan alien dari luar angkasa.
Entah teori mana yang betul. Tentu ini menjadi tugas Rusia untuk menuntaskan kasus yang sudah berusia lebih dari separuh abad tersebut.