Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Penyakit Mematikan Ancam Astronot yang Terbang ke Mars

Penyakit Mematikan Ancam Astronot yang Terbang ke Mars


Fino Yurio Kristo - detikInet

Ada penyakit mematikan yang mengancam astronot yang akan terbang ke Mars (Foto: NASA)
Jakarta - Kolonisasi planet Mars yang digagas berbagai pihak memang sangat sulit dilakukan. Bukan hanya faktor teknis, tapi astronot yang menuju ke sana pun bisa terancam penyakit mematikan.

Studi dari Georgetown University Medical Center yang didanai NASA mengungkapkan papar radiasi angkasa dalam perjalanan jarak jauh bisa merusak kesehatan astronot secara permanen. Pencernaan mereka bisa terganggu dan mungkin berujung pada kanker.

Studi itu menggunakan tikus yang terpapar radiasi ion, yang mirip dengan radiasi galaksi kosmis yang ditemukan di deep space. Efek yang ditimbulkan ternyata sangat berbahaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Setelah kena radiasi galaksi level rendah secara terus menerus, organ tikus mengalami kerusakan permanen dan tak bisa lagi menyerap nutrisi di makanan. Juga tumbuh kanker usus di tubuhnya.

"Meskipun perjalanan jarak pendek seperti ke bulan mungkin tidak membuat astronot mengalami level kerusakan yang sama, patut menjadi perhatian apa yang akan terjadi dalam perjalanan jarak jauh," kata Kamal Datta yang menggawagi riset tersebut.

Perjalanan ke Mars memang jauh lebih panjang ketimbang ke bulan yang hanya 3 hari. Dari Bumi menuju ke Planet Merah itu bisa memakan waktu sampai 9 bulan dengan teknologi yang ada sekarang.

Masalahnya, belum ada obat mujarab jika penyakit seperti yang sudah disebutkan benar terjadi. Demikian pula belum ada cara efektif untuk menangkal paparan radiasi di angkasa.




Sebelumnya, dikutip detikINET dari CNN, perjalanan jarak jauh ke angkasa juga disebutkan bisa merusak selaput otak astronot dan mempercepat proses penuaan.

"Kami telah mendokumentasikan efek radiasi deep space di beberapa organ vital, tapi kami yakin kerusakan yang mirip bisa muncul di organ lain. Penting untuk memahami efek tersebut sehingga kita bisa melakukan segala hal untuk melindungi traveller angkasa di masa depan," tutup Datta.


(fyk/krs)





Hide Ads