Pada Minggu (12/8/2018) malam, Parker sukses diterbangkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, lokasi yang sama dengan peluncuran satelit Merah Putih oleh SpaceX, perusahaan antariksa besutan Elon Musk. Bedanya, pesawat luar angkasa tersebut menggunakan roket Delta-IV Heavy buatan United Launch Alliance.
Kurang dari satu jam setelah peluncuran, NASA mengonfirmasikan kendaraan antariksa tersebut sudah sukses terpisah dengan bagian atas roket. Kini, Parker tengah mengarungi luar angkasa menuju pusat Tata Surya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Satelit NASA Mulai Keliling Cari Planet Baru |
Mesin penjelajah ini diklaim menjadi objek tercepat yang pernah diciptakan oleh manusia. Kecepatannya mampu mencapai 700.000 kilometer per jam. Sebagai perbandingan, pesawat Lockheed SR-71 Blackbird sebagai pemegang rekor dunia untuk kecepatan tertinggi di udara, 'hanya' mampu menyentuh 3.529 kilometer per jam.
Diperkirakan, kendaraan luar angkasa tersebut dapat melewati Venus dalam kurun waktu enam minggu ke depan. Lalu, ia akan mendatangi Matahari sekitar 1,5 bulan setelahnya.
Selain itu, Parker juga menjadi pesawat luar angkasa pertama yang namanya diambil dari seorang tokoh yang masih hidup. Adalah Eugene Parker, seorang astrofisikawan berusia 91 tahun yang namanya diambil untuk kendaraan antariksa tersebut.
Alasannya adalah, Parker merupakan orang pertama yang mendeskripsikan angin surya (solar wind) pada 1958. Itu adalah aliran partikel bermuatan atau plasma yang menyebar ke segala arah dari atmosfer terluar Matahari. Sekadar informasi, angin surya yang tidak bisa diprediksi kemunculannya dapat memicu gangguan pada bidang magnetis dan mengacaukan teknologi komunikasi.
Hal tersebut tentunya selaras dengan misi Parker dalam mengumpulkan data untuk memecahkan sejumlah misteri dibalik perilaku Matahari. Nantinya, dalam kurun waktu sekitar 7 tahun ke depan, pesawat antariksa tersebut akan mengitari Matahari selama 24 kali untuk mempelajari korona, yaitu lapisan terluar dari atmosfer milik pusat Tata Surya tersebut.
Korona dianggap menjadi tempat terjadinya banyak aktivitas penting dari Matahari yang dapat memengaruhi terbentuknya Bumi. Lalu, Parker akan menembus lapisan terluar dari atmosfer Matahari tersebut dan berada sekitar 6,16 juta kilometer dari permukaan satu-satunya Bintang di dalam sistem Tata Surya tersebut.
Baca juga: NASA Bersiap Pergi ke Matahari |
"Saya menyadari jika angka tersebut tak terdengar cukup dekat, tapi bayangkan jika Matahari dan Bumi terpaut jarak 1 meter, Parker Solar Probe hanya akan berjarak 4 centimeter dari Matahari," ujar Dr. Nicky Fox, ilmuwan dari Inggris, sebagaimana detikINET kutip dari BBC, Senin (13/8/2018).
Sebelumnya, Parker dijadwalkan untuk diterbangkan pada Sabtu (11/8/2018) waktu setempat. Kendala teknis membuat peluncuran tersebut harus diundur menjadi Minggu pagi waktu setempat.
Tonton juga 'Begini Suara dari Luar Angkasa yang Bikin Merinding':
(mon/fyk)