Kelompok peneliti yang tergabung dalam Future of Humanity Institute, salah satu pusat riset di University of Oxford, melakukan sebuah perhitungan untuk mencari tahu apakah benar-benar ada kehidupan di luar angkasa selain di Bumi. Jawabannya? Mungkin akan sedikit memberikan rasa kecewa bagi orang-orang yang ingin bertemu alien.
Sebuah analisis bernama persamaan Drake tersebut mampu menghitung kemungkinan adanya kehidupan di antariksa dengan menggabungkan seluruh aspek-aspek yang dibutuhkan untuk memungkinkan lahirnya peradaban di suatu tempat. Dari situ, muncul persentase seberapa besar kemungkinan terdapat kehidupan selain di Planet Biru yang dihuni manusia ini.
Lewat perhitungan tersebut, mereka mengklaim kemungkinan besar tak ada kehidupan lain di alam semesta ini, dengan persentase 39% hingga 85%. Sedangkan jika lingkupnya diperkecil, hanya di Galaksi Bima Sakti, kemungkinan tidak adanya kehidupan selain di Bumi menjadi lebih besar, yaitu antara 53% sampai 99,6%, seperti detikINET kutip dari The Guardian, Jumat (29/6/2018).
Ellen Stofan, mantan kepala peneliti di NASA, juga memberikan pendapat dengan nada yang sama 'pesimisnya' mengenai keberadaan alien. Menurutnya, kehidupan di luar angkasa bisa jadi memang benar-benar ada, tapi tidak secerdas sebagaimana banyak orang mengira.
Baginya, manusia mungkin saja menemukan bukti-bukti kehidupan sederhana pada Mars atau satelit-satelit alam dari berbagai planet dalam kurun waktu 10 hingga 30 tahun ke depan. Tanda-tanda tersebut, menurut perempuan berusia 57 tahun itu, akan lebih seperti mikroba atau ganggang, bukannya alien berbentuk robot atau kehidupan yang super canggih.
Perkataan Ellen pun sejatinya memang sedang digarap oleh para ahli astrobiologi. Mereka tengah mengobservasi berbagai exoplanet untuk mencari kandungan gas yang mungkin diproduksi oleh makhluk seperti mikroba.
Selain itu, ada juga kemungkinan yang menyebut bahwa terdapat kehidupan mikroskopis di sejumlah satelit alam milik Jupiter (Europa, Ganymede, dan Callisto) serta Saturnus (Titan dan Enceladus). Organisme tersebut diperkirakan berada di bawa lapisan es dari bulan-bulan itu.
Selain Future of Humanity Institute dan Ellen Stofan, sejumlah ahli di berbagai bidang sains dan antariksa lainnya juga memiliki pandangan mengenai bagaimana sebenarnya bentuk kehidupan di luar angkasa. Mereka mengutarakan pendapatnya melalui sebuah podcast.
Dalam hal ini, para ahli tersebut lebih memilih untuk berpegang pada hipotesis kebun binatang (zoo hypothesis). Teori ini menjelaskan bahwa sebenarnya, terdapat kehidupan yang lebih maju dari Bumi di luar angkasa, namun mereka memilih untuk tidak melakukan komunikasi dengan Planet Biru tersebut.
Hal tersebut diperkirakan karena mereka tidak ingin hubungan antar planet mengganggu evolusi yang sudah berlangsung secara alami. Teori ini sebelumnya juga sempat muncul dalam berbagai karya fiksi ilmiah, salah satunya Star Trek.
Terlepas dari siapa yang paling benar, ketiadaan alien, atau enggannya mereka melakukan kontak dengan manusia, bisa menjadi berkah tersendiri bagi tokoh-tokoh seperti Elon Musk dan Jeff Bezos. Keduanya diketahui memang memiliki ambisi untuk melakukan eksplorasi luar angkasa.
Apalagi, nama yang disebut pertama tampak getol untuk melakukan kolonisasi manusia menuju Mars. Rencana tersebut mungkin saja akan berjalan lancar jika tidak diganggu oleh kehidupan lain di luar angkasa. (mon/fyk)