Tiar Dani, salah seorang Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN, menyebutkan aktivitas Matahari pada saat ini sedang berada di kondisi yang normal. Pernyataan ini sekaligus meluruskan tentang pemberitaan tentang Badai Matahari yang sempat bikin heboh sebelumnya.
Dijelaskan Tiar bahwa, badai Matahari yang dimaksud bukanlah demikian, melainkan badai geomagnet akibat lubang korona 3-4 hari yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan sebelumnya, Pusat Prakiraan Cuaca Ruang Angkasa (SWPC) yang berlokasi di Colorado, AS, memperingatkan akan adanya badai matahari yang menghantam bumi. Badai tersebut diperkirakan datang pada minggu ini.
Dilansir dari Fox News, Rabu (11/4), Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) menyatakan melihat lubang polaritas koronal dengan aliran kecepatan tinggi dalam pengamatannya. Tak dijelaskan kapan tepatnya badai tersebut akan tiba di bumi.
Peneliti NASA Alex Young dalam laporan yang diterbitkan Senin (9/4), menyebut setidaknya ada tiga lubang koronal substansial yang mendemonstrasikan medan magnet matahari. Pengamatan tersebut terlihat pada Minggu (8/4).
"Ini adalah area medan magnet terbuka dari angin matahari berkecepatan tinggi yang bergerak ke luar ke angkasa," ujar Young.
"Angin matahari ini, jika ia berinteraksi dengan magnetosfer (bumi), dapat memunculkan aurora di dekat kutub," imbuhnya.
Baca juga: NASA Uji Reproduksi Sperma di Luar Angkasa |
Badai magnetik di permukaan matahari dapat membentuk apa yang dikenal sebagai 'jilatan api matahari'. Jika badainya cukup kuat, maka akan menyebabkan pelepasan massa koronal (CME).
"(CME) adalah ledakan besar medan magnet dan plasma dari koronal matahari," jelas SWPC.
"Ketika CME berdampak pada magnetosfer Bumi, mereka bertanggung jawab atas badai geomagnetik dan menyebabkan adanya aurora," lanjutnya. (agt/fyk)