Namun sebenarnya Watch 4 punya perbedaan yang signifikan, karena sistem operasinya tak lagi menggunakan Tizen, melainkan Wear OS. Oh ya, Samsung tak lagi menggunakan nama 'Active' di lini smartwatchnya, mereka hanya membedakannya dengan nama Watch 4 dan Watch 4 Classic.
Secara singkat, menurut saya Watch 4 adalah smartwatch terbaik....untuk perangkat Samsung. Bagaimana jika dipasangkan dengan ponsel non Samsung? Yuk simak ulasan di bawah ini.
Unit yang saya uji adalah varian Watch 4 40mm, yaitu varian dengan diameter paling kecil dibanding varian lainnya. Dibandingkan dengan varian Classic, versi yang saya uji ini tak punya bezel yang bisa diputar untuk navigasi di menunya.
Namun frame jam pun tetap bisa dipakai untuk bernavigasi lewat pinggiran yang touch sensitive. Hanya saja, agak sulit memang untuk beradaptasi dengan kontrolnya ini. Menggunakan layar sentuhnya terasa lebih mudah.
Bentuknya yang bulat dan desainnya yang minimalis membuat Watch 4 tampilannya bak jam konvensional. Bentuknya pun relatif tipis. Oh ya, bodi Watch 4 agak melengkung pada sambungan ke strapnya, membuat bodi dan strapnya terlihat menyatu.
Ada dua tombol di bagian kanan jam untuk bernavigasi dalam bentuk. Tombolnya tak terlalu dalam, namun tetap nyaman dan mudah terasa saat ditekan.
Soal ukuran, Watch 4 punya empat varian, yaitu 40mm 42mm Classic, 44mm, dan 46mm Classic. Baterai di varian 40mm dan 42mm sama, yaitu 247mAh, sementara di varian 44mm dan 46mm baterai 361mAh.
Meski perbedaan kapasitas baterai ini sebenarnya wajar mengingat ukuran layar yang berbeda, daya tahan baterai varian 40mm ini tak konsisten dan daya tahannya paling lemah dibanding varian yang lebih besar. Akan dibahas lebih dalam di bagian berikutnya.
Layar di varian 40mm ini punya resolusi 396 x 396 pixel, tingkat keterangannya memuaskan, bahkan di bawah sinar matahari. Resolusinya tinggi, tak terlihat adanya pixelation. Layar sentuhnya pun cukup sensitif, dan ada opsi untuk meningkatkan sensitivitasnya saat menggunakan sarung tangan.
Performa
Watch 4 memakai chip Exynos W920 buatan Samsung, dengan RAM 1,5GB. Kombinasi ini menghasilkan pengalaman pengguna yang menyenangkan, tanpa ada lag sama sekali selama penggunaan. Bahkan saat dibombardir bermacam notifikasi, misalnya WhatsApp, sekalipun.
Dukungan aplikasi pun terbilang baik, meski Wear OS bukan yang terbaik, namun masih lebih baik dibanding Tizen yang dukungan aplikasinya sangat terbatas. Watch 4 bisa mengakses Google Play Store dan mengunduh berbagai aplikasi dari sana, contohnya, Google Maps, YouTube Music, dan Spotify.
Meski memakai Wear OS, tampilannya sebenarnya masih agak mirip Tizen, karena Samsung memodifikasi tampilannya dengan One UI Watch 3.
Oh ya, Watch 4 ini punya dua varian konektivitas, LTE dan WiFi, yang membuatnya bisa terhubung ke internet secara langsung. Jadi Watch 4 tak perlu terus terhubung dengan ponsel untuk bisa beroperasi.
Salah satu contoh pengunaannya adalah saat Watch 4 tak terhubung dengan ponsel, notifikasi dari aplikasi seperti WhatsApp tetap bisa masuk ke jam, dan bahkan bisa membalas pesan langsung dari jam. Asalkan jam tetap terhubung ke internet, baik itu lewat LTE ataupun WiFi.
Sensor komplit
Sebagai smartwatch flagship, jumlah mode olahraga yang didukung jelas bukan masalah. Namun bagaimana dengan sensor-sensor untuk mengukur kondisi tubuh pengguna?
Di sektor ini Watch 4 bisa dibilang adalah yang paling komplit dibanding pesaing-pesaingnya. Sensornya adalah 3 in 1 BioActive Sensor, yang menggabungkan sensor detak jantung, ECG, dan bioelectric impedance analysis (BIA) untuk mengukur komposisi tubuh.
 Samsung Galaxy Watch 4 Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati |
Sebenarnya sensor yang benar-benar baru ada di smartwatch adalah sensor BIA, yang lebih lazim ada di timbangan pintar. Sensor ini menggunakan listrik dengan arus lemah untuk mengukur body fat percentage, body mass index (BMI), muscle mass, bone mass, dan sejenisnya.
 Samsung Galaxy Watch 4 Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati |
 Samsung Galaxy Watch 4 Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati |
Pengukuran ini dilakukan dengan menyentuh dua tombol secara bersamaan selama kurang lebih 15 detik. Akurasi dari pengukuran ini tentu sulit dinilai, karena banyak faktor yang berpengaruh.
Fitur sleep tracking di Watch 4 komplit dan cukup akurat. Sensor kadar oksigen dalam darah bakal rutin aktif selama pengguna tidur. Cocok untuk pengguna yang mengalami gangguan tidur. Oh ya, Watch 4 juga bisa mendeteksi suara mengorok pengguna saat tidur.
Fitur pendeteksi olahraga otomatis juga berfungsi dengan baik. Watch 4 akan bergetar dan memberi notifikasi saat pengguna mulai berjalan kaki di luar rumah, dan juga otomatis berhenti sementara saat pengguna berhenti bergerak.
Apa kelemahan Galaxy Watch 4? Simak di halaman berikutnya ya
Baterai tidak konsisten dan lebih baik untuk pengguna ponsel Samsung
Pada judul, saya menulis kalau Watch 4 adalah smartwatch terbaik untuk pengguna Samsung. Ini bukan berarti jam ini tak cocok untuk pengguna Android lainnya, melainkan fitur lengkapnya hanya bisa dinikmati oleh pengguna Samsung.
Dan jika dipasangkan dengan ponsel non Samsung, (saya memasangkan Watch 4 dengan Xiaomi Mi 11), ada banyak aplikasi yang harus diinstal sebelum Watch 4 bisa berfungsi, yaitu Samsung Health, Galaxy Wearable, dan plugin Galaxy Wearable untuk Galaxy Watch.
Itu pun tak semua fiturnya bisa berfungsi, karena ada fitur-fitur yang membutuhkan aplikasi Samsung Health Monitor, yang hanya ada di Galaxy Store. Alias tak bisa diunduh dari ponsel non Samsung.
 Samsung Galaxy Watch 4 Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati |
Fitur yang tak bisa dipakai di ponsel non Samsung ini adalah pengukur tekanan darah dan electrocardiogram (ECG).
Lalu soal baterai. Saya memakai Watch 4 selama kurang lebih 10 hari, dan daya tahan baterainya selalu berubah setiap harinya namun konsisten tidak bisa melewati 24 jam.
Ada kalanya baterainya sangat boros. Misalnya pada pukul 2 siang, setelah dicharge sebentar sampai baterainya 70%, dan sudah mati total pada pukul 12 malam. Ini dalam kondisi pengaturan default, yaitu tanpa always on display, pengecekan detak jantung otomatis, dan pengecekan kadar oksigen dalam darah otomatis hanya menyala saat tidur.
 Samsung Galaxy Watch 4 Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati |
Oh ya, pengetesan baterai ini juga dilakukan tanpa aktivitas olahraga. Aktivitas olahraga (mode circuit training misalnya) selama 90 menit kira-kira menghabiskan baterai sekitar 15%. Aktivitas olahraga outdoor yang memakai GPS tentu akan mengkonsumsi baterai yang lebih banyak.
Hasil paling irit terjadi pada pengujian hari ke-10, di mana Watch 4 dilepas dari charger dalam kondisi 100% pada pukul 6 pagi, dan pukul 2 malam baterai yang tersisa 17%, menjelang peringatan untuk mengaktifkan mode power saving, yang muncul saat kapasitas tersisa 15%.
Ada kemungkinan jam masih membutuhkan adaptasi sejak pertama dikeluarkan dari boks. Termasuk adaptasi dari satu pembaruan yang tersedia saat jam pertama dinyalakan.
Dengan konsumsi baterai seperti ini, pengguna mungkin punya dua pilihan. Yaitu melakukan pengisian baterai sebentar pada siang atau sore hari, dan jam bisa dipakai selama tidur sampai keesokan harinya, atau bisa juga dipakai seharian penuh sampai malam hari, dan jam dicharge namun tak dipakai selama tidur.
Menariknya, dari beberapa ulasan Watch 4 lain yang saya baca, varian dengan ukuran lebih besar (44mm dan 46mm) bisa dengan mudah bertahan selama 1,5 bahkan sampai 2 hari. Hal itu tak bisa saya dapatkan di varian 40mm, bahkan di mode power saving, kecuali mungkin dengan mengaktifkan mode Watch only.
Opini detikINET
Sejauh ini, mungkin Watch 4 adalah smartwatch terbaik untuk perangkat Android, dan lebih baik lagi jika dipasangkan dengan ponsel Samsung. Kenapa terbaik? Karena Wear OS terkini baru ada di smartwatch ini, belum diketahui kapan OS ini akan hadir di smartwatch merek lain.
Sensornya komplit, meski (lagi-lagi), beberapa di antaranya hanya bisa dipakai jika dipasangkan dengan ponsel Samsung. Performanya kencang, selama pengujian tak pernah terasa adanya lag. Sistem operasinya pun terasa lebih matang ketimbang Android Wear -- atau apa pun namanya -- sebelumnya.
Hanya saja, daya tahan baterainya untuk varian 40mm ini terasa medioker karena tak bisa melewati batas 24 jam, dan lebih parahnya lagi konsumsi dayanya tak konsisten, dan berbeda setiap harinya meski aktivitas harian penggunanya relatif sama.
Mungkin daya tahan baterainya akan lebih baik di varian yang lebih besar, 44mm ataupun 46mm.