Usai Disentil Twitter, Donald Trump Ancam Tutup Media Sosial
Hide Ads

Usai Disentil Twitter, Donald Trump Ancam Tutup Media Sosial

Virgina Maulita Putri - detikInet
Kamis, 28 Mei 2020 12:53 WIB
WASHINGTON, DC JANUARY 9: U.S. President Donald Trump speaks during an event to unveil significant changes to the National Environmental Policy Act, in the Roosevelt Room of the White House on January 9, 2020 in Washington, DC. The changes to the nations landmark environmental law would make it easier for federal agencies to approve infrastructure projects without considering climate change. President Trump also took several questions from reporters, including questions of Iran and impeachment.   Drew Angerer/Getty Images/AFP
Usai Disentil Twitter, Donald Trump Ancam Tutup Media Sosial (Foto: AFP)
Jakarta -

Setelah cuitannya diberi label peringatan oleh Twitter karena dianggap menyesatkan, Presiden Donald Trump mengancam akan menutup perusahaan media sosial.

Ancaman ini dibuat Trump lewat cuitan di akun Twitter-nya dan mengungkit anggapan pendukung Partai Republik bahwa media sosial memiliki bias anti-konservatif.

"Republikan merasa Platform Media Sosial benar-benar membungkam suara konservatif," tulis Trump dalam cuitannya, dikutip detikINET dari Tech Crunch, Kamis (28/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami akan meregulasi dengan ketat, atau menutup mereka, sebelum kita bisa mengizinkan hal ini terjadi lagi. Kami melihat apa yang mereka coba lakukan, dan gagal, di 2016," sambungnya.

Referensi terhadap tahun 2016 yang dibuat Trump sepertinya mengacu pada peran yang dimainkan media sosial seperti Facebook dan Twitter dalam pemilihan umum 2016 di Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

Tidak lama setelah cuitan tersebut, petinggi Gedung Putih mengatakan Trump akan menandatangani keputusan eksekutif terkait perusahaan media sosial pada hari Kamis ini, tapi petinggi tersebut tidak memberikan detail lebih lanjut.

Tidak diketahui apakah Trump memiliki wewenang untuk menutup perusahaan media sosial. American Civil Liberties Union mengatakan Amandemen Pertama membatasi tindakan yang bisa diambil Trump untuk mengatur perusahaan media sosial.

Ancaman Trump ini sedikit mengagetkan mengingat Twitter adalah platform media sosial favoritnya. Ia memiliki lebih dari 80 juta follower dan sering mengunggah cuitan hingga beberapa kali dalam sehari.

Konflik antara Trump dan Twitter dimulai ketika beberapa hari yang lalu cuitan Trump tentang pemungutan suara melalui surat mendapat label peringatan dari Twitter karena dianggap menyesatkan setelah dicek faktanya.

Di bawah cuitan tersebut Twitter menaruh label bertuliskan 'Get the facts about mail-in ballots'. Jika diklik label tersebut akan mengarah pada informasi dari pengecek fakta bahwa klaim ini tidak memiliki bukti apa-apa.

Begitu tahu cuitannya ditandai menyesatkan oleh Twitter, Trump langsung murka. Lewat beberapa cuitan selanjutnya Trump langsung menuduh Twitter telah mengganggu pemilu 2020 di AS.

"Twitter benar-benar melumpuhkan kebebasan berpendapat, dan saya, sebagai Presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi," tulis Trump dalam cuitannya.

New Normal



(vmp/fay)