Menyoal Ketersediaan Jaringan 4G di Indonesia
Hide Ads

Menyoal Ketersediaan Jaringan 4G di Indonesia

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Rabu, 20 Mei 2020 22:09 WIB
Teknisi melakukan perawatan pemancar Base Transceiver Station (BTS) 4G milik PT Telkomsel di Jakarta, Rabu (28/10/205). Telkomsel terus menambah cakupan dan meningkatkan kualitas jaringan 4G LTE di Indonesia, hingga saat ini Telkomsel mengklaim memiliki lebih dari 1,5 juta pelanggan. Rachman Haryanto/detikcom.
Ilustrasi BTS operator seluler. (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)
Jakarta -

Kebutuhan koneksi internet menjadi sangat penting kala penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun sayangnya masih sangat banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa menikmati jaringan 4G.

Hal ini diutarakan Direktur Utama Badan Aksesbilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informasi dalam diskusi virtual yang diadakan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Rabu (20/5/2020).

Cakupan 4G Open SignalCakupan 4G Open Signal Foto: Screenshot

Minimnya akses ke jaringan 4G ini menurut Anang dialami oleh masyarakat di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) seperti di pedalaman Kalimantan dan Papua. Anang mendasarkan pernyataannya ini dari data yang diperoleh dari Open Signal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari data Open Signal, ketersediaan sinyal 4G di pedalaman Kalimantan dan Papua di bawah 80%. Artinya ada 80% orang yang belum menikmati 4G. Ketimpangan ini menjadi PR pemerintah," ujarnya.

Anang pun menjelaskan kalau sebenarnya memang tidak mungkin untuk memenuhi semua lokasi di Indonesia dengan jaringan seluler, mengingat kondisi geografis yang tak memungkinkan. Namun setidaknya, pemerintah bisa menyediakan sinyal seluler untuk daerah yang ditinggali oleh masyarakat.

ADVERTISEMENT

Dalam diskusi yang sama, Komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) I Ketut Prihadi menyebut kalau cakupan sinyal 4G di Indonesia sudah mencapai 97,5%.

Cakupan sinyal BRTICakupan sinyal BRTI Foto: Screenshot

Namun cakupan ini, menurut Prihadi, hanya menghitung di daerah permukiman. Sementara jika dihitung berdasarkan wilayah, jaringan 4G ini mencakup 52,2%.

Cakupan sinyal BRTICakupan sinyal BRTI Foto: Screenshot

Rendahnya cakupan jaringan 4G ini, menurut Anang, terjadi karena dana USO yang dimiliki BAKTI tidak mencukupi. Dana USO tersebut didapat BAKTI dari setoran penyelenggara telekomunikasi sebesar 1,25% dari pendapatan kotor.

Untuk itulah, menurutnya pemerintah perlu ikut hadir dalam menanggung biaya infrastruktur telekomunikasi ini lewat APBN. Saat ini, dana USO yang didapat dari operator setiap tahunnya mencapai Rp 2,6 triliun.

Dana USO tersebut sejauh ini dipakai untuk membangun sejumlah infrastruktur seperti Palapa Ring dan BTS di daerah yang tak terjamah oleh operator.




(asj/fay)