Persaingan antar brand smartphone akhir-akhir ini sangat ketat. Tentu saja marketing memegang peranan sangat penting, agar calon pembeli mengenal smartphone terbaru yang sedang dipasarkan, sekaligus memperkuat brand agar semakin dipercaya.
Selain iklan baik cetak maupun online seperti video di YouTube dan iklan digital di banyak media berita dan media sosial, marketing juga merambah ke jagat sinema, atau film-film baik lokal maupun global.
Karena tentu saja, banyak adegan pada film yang bercerita dari timeline saat ini, harus menggunakan smartphone sebagai properti pada jalan ceritanya, untuk menjadikan kisah tersebut seperti kejadian sehari-hari di dunia nyata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jagat Sinema Hollywood
Film-film kelas box office seperti produksi Marvel yang banyak menyertakan teknologi canggih, dianggap sebagai ilustrasi yang menarik untuk bisa menaikkan kelas brand smartphone sebagai pemilik teknologi yang canggih.
Oleh sebab itu, film-film Marvel bergantian dijajaki oleh brand smartphone dalam kerja sama marketing, mulai dari Samsung, Oppo, Vivo, Honor, dan lain-lain.
Belum lama ini, sutradara film Knives Out, Rian Johnson bercerita bahwa untuk film-film Hollywood yang mempergunakan produk Apple seperti iPhone sebagai properti di film, ada ketentuan yang diminta Apple.
![]() |
Produk Apple hanya boleh digunakan oleh peran atau grup protagonis, atau tokoh-tokoh yang perannya sebagai orang baik, tidak boleh digunakan oleh pemeran antagonis. Dari sini kita mendapat gambaran, Apple menjaga image produknya sebagai produk yang baik, untuk orang baik.
Berbeda dengan iklan yang bisa bercerita banyak tentang produk, tampilan smartphone di film biasanya hanya sekelebat. Di sini, diperlukan sudut pengambilan gambar tertentu agar penonton bisa menyadari brand yang diusung.
Tetapi, sering cara ini tidak terlalu disadari penonton, kecuali ketika nanti ada diberitakan di berita teknologi atau media sosial, atau ketika ada produk edisi khusus smartphone tersebut dengan film yang didukung, seperti Samsung Marvel edition, Oppo Marvel Edition, Sony di Spiderman, atau nanti Nokia di 007 No Time To Die.
![]() |
Jadi untuk benar-benar dalam sekelebat smartphone bisa dikenali tipe dan brandnya, memang harus memiliki desain yang khas. Hal ini agak sulit sekarang, karena banyak smartphone memiliki model yang mirip, bahkan hingga ke warnanya.
Makanya selain hanya boleh digunakan oleh pemeran orang baik, Apple juga menambahkan syarat ketika devicenya disorot di adegan film, harus dalam penerangan yang baik hingga bisa dikenali.
![]() |
Drama Korea
Korea sudah bisa dikatakan berhasil membawa teknologi yang berskala global. Image negeri ini berubah dari yang dulu produk teknologinya dianggap 'kaleng-kaleng' dan tidak sebaik produk elektronik global seperti buatan Jepang. Sekarang, brand Korea sudah menjadi penyedia produk teknologi yang sangat dipercaya, dengan dua kekuatan brand yang menonjol, Samsung dan LG.
Korea datang bukan hanya membawa teknologi, tetapi juga membawa industri lain, musik K-Pop dan drama Korea alias drakor. Ketiga bagian ini sama-sama membawa branding yang kuat tentang kemajuan Korea. Bahkan, negara sekelas Amerika saja, yang tidak kekurangan penyanyi dan band kelas dunia, bisa tergila-gila dengan kehadiran K-Pop.
Drakor yang rata-rata satu season bisa mencapai 20 jam, menjadi lahan placement berbagai promosi, termasuk smartphone, karena kebanyakan tema ceritanya banyak berkisar dengan timeline masa kini, di mana smartphone sudah umum menjadi bagian dari cerita.
Dengan waktu putar yang panjang, maka smartphone bisa hadir dengan tidak sekelebat saja, tetapi lebih jelas.
Placement marketing yang bagus di dalam film, harus berbeda dengan iklan, dan kalau bisa penonton harus tidak sadar bahwa adegan menampilkan smartphone itu sebenarnya marketing, tetapi image yang ditampilkan berhasil masuk baik secara sadar atau alam bawah sadar kepada mereka yang menonton.
Ada yang menarik jika kita amati perkembangan placement marketing smartphone di drama Korea dari waktu ke waktu.
Misalnya, di drama Korea yang terkenal berjudul Goblin (Guardian: The Lonely and Great God) yang disiarkan tahun 2016, Samsung dengan gamblang beriklan di seri ini dengan Galaxy S7 yang baru di-release di tahun yang sama.
Placement marketing Galaxy S7 ini sangat kentara iklan, ketika pemeran utama Kim Shin dan Grim Reaper pertama kali memiliki dan belajar menggunakan smartphone.
Bahkan Kim Shin sampai menyebutkan spesifikasinya, seperti besaran ukuran dan resolusi layar, prosesor yang digunakan, besaran RAM, hingga pelindung kaca, bagian yang memang ditonjolkan Samsung di produk tersebut saat itu.
Fast Forward ke tahun 2020, placement marketing smartphone yang dilakukan Samsung semakin baik. Contohnya di serial drama yang sedang hits sekarang, Itaewon Class.
Drama ini menceritakan anak muda yang diajar untuk memegang teguh prinsip hidup yang benar, hingga bertahun-tahun sabar menderita untuk mewujudkan cita-citanya lebih sukses dari orang yang membuat hidupnya susah.
Berbeda dengan placement marketing gamblang seperti iklan di 2016, di cerita ini semua pemeran, baik grup orang baik dan grup orang yang menghalalkan segala cara, sama-sama menggunakan iPhone.
Bedanya grup antagonis, setia menggunakan iPhone sampai akhir, dan grup protagonis atau orang baik, ketika sudah berhasil sukses, berganti smartphonenya dengan Samsung. Kali ini dari penampilannya yang khas sebagai smartphone lipat, bisa dikenali langsung sebagai Galaxy Z Flip, yang juga baru saja diperkenalkan di awal 2020.
![]() |
Tidak sama dengan marketing awal dimana brand tampil 'sendirian', kali ini placement smartphone juga seperti bercerita tentang persaingan brand. Tidak lagi seperti iklan dengan spesifikasi yang gamblang, banyak penonton perlu waktu untuk sadar.
Kalau marketing smartphone Galaxy Z Flip di drama Itaewon Class tersebut sebenarnya dikisahkan untuk ditujukan bagi mereka yang sukses, warna hitam cocok untuk pria, dan warna ungu untuk wanita, sampai perbedaannya yang bisa jelas dipamerkan, dibuka tutup dengan melipatnya yang masih jarang dimiliki brand lain.
![]() |
Placement marketing seperti ini terlihat lebih keren dan tepat sasaran, terlihat direncanakan lebih matang, bukan sekadar sekelebat memperlihatkan smartphone, dan berbicara lebih 'halus' tentang keunggulan smartphone, tanpa harus bicara spesifikasi.
Menarik bahwa persaingan brand smartphone ini sudah jauh merambah bukan sekedar persaingan iklan lagi, tetapi bagaimana placement marketing yang bagus di jagat sinema dan drama Korea.
(rns/fay)