Dulu merupakan idola yang seakan tanpa cela, Mark Zuckerberg belakangan makin banyak mendapatkan serangan. Baik soal dirinya maupun Facebook. Berikut beberapa kritikan terkini yang bertubi-tubi menerpa Zuck.
Dikritik Pedas Ketua DPR AS
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat, Nancy Pelosi, menilai Facebook memalukan dan terlalu mengutamakan profit di atas segala-galanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir mereka jelas menyatakan bahwa mereka bertujuan untuk menyesatkan warga Amerika dengan uang yang hanya diketahui Tuhan datangnya dari mana," cetusnya, dikutip detikINET dari USA Today.
Perusahaan yang didirikan Zuck bersama beberapa rekannya tersebut dikatakannya mementingkan keuntungan di atas segala-galanya. Selain itu, Facebook ingin lepas tangan dari tanggung jawab.
"Saya pikir mereka menyalahgunakan kesempatan besar yang diberikan teknologi pada mereka. Segala yang mereka inginkan adalah pajaknya dipotong dan tidak ada aksi anti trust melawan mereka," begitu tuding Pelosi.
Pelosi memang sudah lama mengecam Facebook, antara lain terkait dugaan medsos ini disusupi pihak Rusia untuk mengacaukan politik AS. Tahun silam, dia marah karena Facebok tak menghapus videonya yang direkayasa.
"Facebook tanpa disadari telah dieksploitasi oleh Rusia. Mereka memajang sesuatu yang mereka tahu salah," sergahnya kala itu.
Mantan Wakil Presiden AS Tak Senang Zuck
Mantan Wakil Presiden AS yang juga calon presiden dan Partai Demokrat, Joe Biden memberi kritikan keras untuk Zuck belum lama ini. Dalam wawancara dengan New York Times, Biden mengatakan ia bukan penggemar Zuck ataupun Facebook.
"Saya tidak pernah menyukai Facebook, seperti yang mungkin kalian ketahui. Saya bukan penggemar besar Zuckerberg. Saya rasa ia adalah masalah besar," kata Biden seperti dikutip dari Cnet.
Biden menambahkan bahwa Zuck harusnya bisa memahami keadaan dengan lebih baik. Ia juga mengkritik dominasi Facebook dan juga masalah privasi yang sering dihadapi perusahaan media sosial tersebut.
"Saya berpandangan bahwa kita tidak hanya harus mengkhawatirkan konsentrasi kekuasaan, kita juga harus khawatir tentang kurangnya privasi dan mereka yang dikecualikan," jelasnya.
Selain itu, Biden juga menyinggung Section 230 dari Communications Decency Act. Aturan ini menetapkan bahwa perusahaan teknologi tidak bertanggung jawab terhadap apa yang diunggah penggunanya di platform mereka.
Biden pun ingin mencabut aturan ini untuk Facebook maupun perusahaan online dan teknologi lainnya. Section 230 sendiri memang memiliki pro dan kontranya tersendiri di kalangan politisi AS.
Hillary Clinton Nilai Zuck Terlalu Berkuasa
Giliran Hillary Clinton mengkritik kebijakan Facebook yang enggan memerangi konten disinformasi dan propaganda. Bahkan Clinton menyebut Zuckerberg memiliki sudut pandang yang otoriter terkait dengan penyebaran disinformasi.
"Saya kadang merasa seperti bernegosiasi dengan kekuatan asing. Dia terlalu berkuasa," kata Clinton kepada The Atlantic.
"Ini adalah perusahaan global yang memiliki pengaruh sangat besar dengan cara yang baru saja kita mulai pahami," sambungnya.
Kritik Clinton ini menyasar kebijakan kontroversial Facebook yang berusaha mengambil jalan tengah antara kebebasan berpendapat dengan melawan disinformasi menjelang pemilihan umum di AS.
Ia secara spesifik mencontohkan kasus video viral Ketua DPR AS, Nancy Pelosi. Video itu telah diedit sehingga membuat Pelosi terlihat mabuk dan sempat viral di YouTube dan Facebook. Setelah Google menghapusnya dari YouTube, Clinton pun meminta Facebook untuk bertindak.
"Saya bilang, 'Kenapa kalian masih mendiamkan video ini? Ini benar-benar salah. Pesaing kalian sudah menghapusnya,'" kata Clinton.