Direktur Pengendalian Informasi, Investigasi dan Forensik Digital BSSN Brigjen TNI Bondan Widiawan mengatakan, hal itu terjadi karena kesadaran masyarakat akan serangan siber cukup rendah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bondan mengatakan, di Indonesia sumber serangan siber berasal dari dalam negeri. Kendati begitu, tak menutup kemungkinan jika serangan berasal dari luar negeri, namun dikendalikan (remote) seolah-olah berasal dari dalam negeri.
"Untuk negara yang melakukannya tidak bisa saya sebutkan ya, karena itu sensitif. Itu bisa terjadi setelah kita dalami teknik poisoning, RV dan DNS," katanya.
![]() |
Menurutnya, jika serangan itu tak segera ditangani, bisa menjadi botnet dan mengakibatkan kerusakan yang lebih besar. "Worm yang masuk itu ukurannya 500 kb, tapi bisa menargetkan tempat pengolahan uranium, yang bisa memicu ledakan," kata Bondan.
Serangan itu juga pernah menyasar perusahaan listrik di Estonia dan menyebabkan padam total pada 2007 lalu. "PLN di sana mirip di Indonesia sistemnya," katanya.
Saat ini, ujar Bondan, BSSN selalu berbenah untuk menghadapi serangan siber yang makin canggih tiap tahunnya. "Kita punya Global Cyber Security Indicator (GSCI) ranking 4 di Asia dan 41 di dunia. Semua kekurangan akan terus kita perbaiki," katanya.
(rns/fyk)