Di negara-negara dengan zona waktu Pasifik, Mountani dan Central, Bulan akan tampak penuh pada Jumat (13/9/2019) malam ini. Namun untuk negara-negara dengan zona waktu timur seperti Indonesia, purnama harvest moon baru akan tampak di Sabtu malam.
"Fisiknya sama, 'purnama'. (harvest moon di Indonesia) Sabtu (14/9) malam Ahad," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Thomas Djamaluddin, dihubungi detikINET, Jumat (13/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan Thomas, purnama bulan September ini bisa disaksikan masyarakat Indonesia pada Sabtu (14/9), sepanjang malam. "Mulai waktu Magrib (sekitar pukul 18.00 WIB) sampai menjelang Matahari terbit. Tidak ada waktu puncak, (penampakannya) semua sama," jelasnya.
Dikutip dari Earth Sky, harvest moon pada Jumat-Sabtu (13-14 September 2019) ini terbilang langka, karena Bulan purnama semacam ini terakhir kali muncul pada 13 Januari 2006. Berdasarkan prediksi, harvest moon berikutnya setelah 13 September 2019 baru akan terlihat lagi pada sekitar 13 Agustus 2049.
Dikonfirmasi perihal kelangkaannya terkait waktu kemunculannya, Thomas mengaku belum bisa memastikan karena harus mengecek datanya terlebih dahulu. Namun menurutnya, harvest moon kali ini terbilang langka karena berbarengan dengan micromoon.
Baca juga: Temuan Planet Paling Mirip Bumi Bikin Heboh |
"Harvest moon setiap tahun terjadi. Mungkin (karena) bersamaan dengan micromoon memang jarang terjadi," ungkapnya.
Micromoon atau minimoon, adalah purnama yang terjadi ketika Bulan berada pada titik terjauhnya dengan Bumi.
"Saat ini (di bulan September yang terjadi) micromoon dan harvest moon. Disebut micromoon karena jarak terjauh, jadi ukurannya lebih kecil dari rata-rata," kata Thomas.
Untuk diketahui, jarak rata-rata Bulan ke Bumi adalah 384 ribu kilometer. Saat terjadi purnama micromoon, jarak Bulan ke Bumi sekitar 400 ribu kilometer. Micromoon adalah kebalikan dari fenomena supermoon, yaitu purnama yang terjadi ketika Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi. Pada peristiwa supermoon, jaraknya akan berkisar di angka 350-360 ribu kilometer. Jadi lebih dekat ke Bumi dari rata-ratanya.
Bulan purnama kali ini disebut sebagai harvest moon karena diasosiasikan dengan waktu musim panen (harvest) di negara-negara yang memiliki empat musik. Saat fenomena ini terjadi, Bulan mencapai puncak paling bersinarnya dan berada paling dekat dengan equinox (lamanya waktu siang dan malam sama) musim semi.
"Penamaan harvest moon untuk purnama yang mendekati 22 September, saat Matahari di ekuator," terang Thomas.
Nama lain dari fenomena ini adalah corn moon, berdasarkan The Old Farmer's Almanac. Sebagian masyarakat meyakini kemunculannya sebagai penanda awal dari masa keberuntungan.
(rns/krs)