Dikutip detikINET dari Live Science, gelombang panas yang berasal dari Afrika Utara tersebut telah menyapu Eropa. Kota Paris misalnya, mencatat temperatur 42,6 derajat Celcius. Lalu Inggris juga mencetak rekor suhu udara tertinggi dengan 38,7 derajat Celcius.
Perwakilan dari World Meteorological Organization (WMO) menyatakan gelombang panas tersebut akan 'menyapa' Greenland, yang sebelumnya sudah kehilangan 80 miliar ton es pada bulan Juni dan 170 miliar ton lagi pada bulan Juli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka, es di Greenland diprediksi akan lebih banyak mencair. Melelehnya es di pulau milik Denmark itu biasa terjadi menjelang musim panas, tapi tahun ini terjadi lebih awal pada bulan Mei. Lelehan terjadi terus menerus dan bisa jadi lebih parah akibat gelombang panas.
Menurut Ruth Mottram, ilmuwan iklim dari Danish Meteorological Institute (DMI), pada tahun 2012 Greenland pernah mengalami pelelehan ekstrim dan mencetak rekor kehilangan es terbesar. Tahun ini memang berbeda dari kala itu karena terjadi secara konsisten setiap hari, tapi ada bahaya mengancam.
Ruth menyatakan mencairnya es di Greenland diestimasi menambah 180 miliar ton air ke lautan sejak 1 Juli. Hal itu berkontribuasi pada naiknya level air laut sekitar setengah milimeter. "Ini cukup tinggi dibandingkan biasanya," cetusnya.
Mencairnya es di Greenland dalam setahun mungkin tak berbahaya. Tapi jika berlangsung terus menerus dari tahun ke tahun, melelehnya es itu bisa jadi tak terkendali dan membuat air laut terus naik. Apalagi dengan tambahan adanya gelombang panas.
Ilmuwan pun memperingatkan dunia akan mengalami lebih banyak gelombang panas dan kenaikan suhu terkait perubahan iklim. "Gelombang panas yang intens dan menyebar itu menunjukan pertanda perubahan iklim akibat manusia," kata Johannes Cullman, direktur WMO.
(fyk/krs)