Serangan paling berat adalah Huawei dimasukkan dalam daftar blacklist sehingga hampir tidak mungkin membeli komponen penting asal AS. Ren pun mengestimasi Huawei akan mengurangi produksi senilai USD 30 miliar. Sedangkan penjualan smartphone-nya di mancanegara anjlok 40%.
"Kami tidak mengira AS akan menyerang kami dengan determinasi sedemikian dan dalam skala besar," kata Ren yang dikutip detikINET dari South China Morning Post.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami telah membuat beberapa persiapan, misalnya soal (pasokan-red) komponen bisnis inti kami, tapi kami tidak dapat melindungi beberapa komponen sekunder," papar dia.
Akan tetapi Ren tetap menyatakan rasa optimisme terhadap masa depan Huawei. "Setelah semua ini, kami akan menjadi lebih kuat. Kami adalah burung yang tidak akan pernah mati," tandasnya.
Komponen dan teknologi asal AS memang krusial buat Huawei. Misalnya jika benar-benar dilarang menggunakan Android, Huawei harus memakai sistem operasi sendiri yang diproyeksi berat untuk populer.
Baca juga: Huawei Tak Bakal 'Korbankan' Seri Honor 20 |
Di sisi lain, proyeksi negatif Huawei bisa berdampak cukup luas. "Penurunan target pertumbuhan Huawei akan berimbas pada pasar perangkat secara keseluruhan dan pasar teknologi informasi," kata Cao Zhongxiong dari China Development Institute.
"Dalam dua tahun terakhir, Huawei mampu terus maju bahkan ketika pasar smartphone global trennya anjlok. Saat ini, masa depannya masih tidak jelas," imbuh dia.
(fyk/krs)