'Tol Langit' Terealisasi 2022
Hide Ads

Blak-blakan Menkominfo Rudiantara

'Tol Langit' Terealisasi 2022

Adi Fida Rahman - detikInet
Senin, 27 Mei 2019 16:01 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Presiden Jokowi berupaya menghadirkan "tol langit" guna memudahkan akses internet di seluruh wilayah Indonesia. Bagaimana perkembangannya?

Pertanyaan itu coba tim Blak-blakan detikcom tanyakan saat berbincang dengan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara saat ditemui di kantornya.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan "tol langit" ini terdiri dari jaringan fiber optic yang kita kenal dengan Palapa Ring dan high throughput satelit (HTS). Hadirnya "tol langit" ini sendiri guna mengejar ketertinggalan Indonesia dari negara tetangga dalam hal pemerataan internet cepat.

"Index ICT Indonesia di Asean sekalipun bukan terdepan. Kita di belakang Singapura, Malaysia, dan Thailand. Bahkan Vietnam aja mulai kencang begitu pila Filipina yang negara kepulauan," ujar Rudiantara.

Selain negara kepulauan, Menkominfo menilai Indonesia terlambat dalam hal pembangunan infrastruktur broadband. Dicontohkannya Malaysia, kenapa negeri ini sudah terdepan dalam urusan broadband karena telah memulainya sejak lama.

Pada 1996, Perdana Menteri Mahathir Mohamad mendeklarasikan Malaysia Super Corridor dengan membangun fiber optik dan jaringan di Putrajaya dan Kuala Lumpur.

"Walau tidak seluruh Malaysia. tapi sudah mulai dari situ. 1996 itu arinya 23 tahun lalu begitu dideklarasikan langsung dieksekusi. Lah kita berpikir konsep Palapa Ring saja sekitar 2004 atau 2005, eksekusinya baru mulai 2015," kata pria yang kerap disapa Chief RA ini.

'Tol Langit' Terealisasi 2022Foto: Agus Tri Haryanto/detikINET

Palapa Ring saat ini sudah hampir rampung. Paket Barat dan Tengah sudah mulai beroperasi. Sementara Paket Timur pembangunannya sudah 96%, di mana Paket Timur 1 sudah rampung, sedangkan Paket Timur 2 baru 91%.

Pembangunan Paket Palapa Ring Timur 2 memang dirasa sangat sulit. Pasalnya wilayahnya berada di pegunungan, sehingga tidak bisa ditarik kabel optik ke sana, harus menggunakan microwave.

Ada 52 titik yang harus dipasang microwave. Tantangan besarnya ada 28 titik tidak memiliki akses sama sekali. Alhasil segala sesuatunya harus diangkut pakai helikopter.

"Besi-besi yang dipasang jadi tower diangkut pakai helikopter. Bahkan untuk ngaduk semen dan pasir kan pakai air, airnya dibawa pakai galon diangkut pake helikopter ke sana, jadi tantangan luar biasa," turut Rudiantara.

"Kami harus membangun Indonesia centris. Tidak bisa mengatakan itu susah tinggalin, nggak boleh ini Indonesia. Indonesia itu dari Marauke sampai Sabang, dari Miangas sampai pulau Rote. Harus kita bangun insya Allah segera kita selesaikan," tegasnya.

'Tol Langit' Terealisasi 2022Perbandingan satelit konvensional dan HTS. Foto: i-Direct.

Direncanakan tahun ini Palapa Ring rampung dibangun. Sehingga tidak ada lagi kota maupun kabupaten di Indonesia yang tak terhubung dengan jaringan tulang punggung broadband.

Kendati begitu Palapa Ring belum menyelesaikan masalah. Ada 214 ribu sekolah, 10 ribu Puskesmas, 75 ribu kantor desa, 10 ribu kantor kecamatan serta Polres dan Koramil yang harus tersambungkan dengan internet. Sayangnya tidak semuanya bisa terhubung dengan fiber optic.

Solusinya dengan satelit. Pemerintah saat ini tengah menyiapkan high throughput satelit (HTS) yang rencannya mengorbit akhir 2022. Berbeda dengan satelit milik operator yang punya dipakai untuk telpon dan televisi, HTS dirancang untuk internet cepat dengan kapasitas yang besar, mencapai 150 GB.




Dengan kapasitas tinggi, HTS memiliki rata-rata total cost ownership untuk mengirim 1 megabit data perbulan hanya USD 60. Sementara satelit yang ada sekarang setidaknya USD 400-500 dolar.

"Ini high throughput satelit yang pertama di Asia dengan kapasitas sebesar itu, di dunia yang kelima. Harganya lebih murah dan skala ekonominya juga tinggi," klaim Rudiantara.


(afr/krs)