Scott Solomon, seorang ahli biologi evolusioner sekaligus profesor di Rice University, Houston, Texas, Amerika Serikat, berpendapat bahwa manusia akan mengalami evolusi jika menjadi bagian dalam kolonisasi ke Mars. Perubahannya pun tidak sedikit, dan prosesnya diperkirakan bakal berlangsung cepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mari kita bahas lebih lanjut mengapa evolusi itu bisa terjadi. Pertama, soal tulang.
Manusia mungkin akan membentuk tulang yang lebih padat sebagai imbas dari gravitasi Mars yang hanya sepertiga di Bumi. Pengurangan gaya itu dapat membuat tulang lebih rapuh yang bisa menimbulkan komplikasi seperti retaknya tulang panggul ketika seorang ibu menjalani persalinan.
Kemudian, habitat yang lebih sempit membuat penglihatan manusia di Mars lebih terbatas karena mereka tidak butuh melihat dengan jarak yang jauh seperti di Bumi. Solomon menyebut hal ini bisa terjadi merujuk pada studi yang menunjukkan bahwa anak yang lebih sering berada di dalam ruangan jarak pandangnya lebih pendek.
Lalu, para penghuni Mars nanti bisa menghasilkan warna kulit baru untuk menyesuaikan level radiasi di sana. Di sini, manusia menggunakan melanin untuk melawan ultraviolet dari Matahari. Penduduk Planet Merah bisa saja mengembangkan pigmen baru untuk menghadapi radiasi di sana.
Baca juga: Buzz Aldrin Ingin Manusia Pindah ke Mars |
Solomon juga menjelaskan bahwa manusia Mars akan belajar untuk menggunakan oksigen secara lebih efisien. Hal ini merujuk pada hasil observasi di dataran tinggi Tiber yang kadar oksigennya 40% lebih rendah dibanding di permukaan laut.
Untuk beradaptasi, warga Tibet memiliki pembuluh darah kapiler yang lebih padat agar lebih efisien dalam mengalirkan darah. Selain itu, pembuluh darah mereka juga dapat melebar agar dapat mentrasfer lebih banyak oksigen ke otot.
Satu prediksi Solomon yang terdengar cukup mengerikan adalah manusia Mars dapat kehilangan sistem imun dengan cepat. Hal ini lantaran lingkungannya tidak memiliki mikroorganisme yang membuat manusia tidak butuh kemampuan untuk melawan bakteri.
Meski begitu, Solomon mengatakan hal ini justru jadi peluang untuk menghapus penyakit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat pesawat luar angkasa yang terbang ke Mars sebagai zona karantina dan memastikan orang-orang di dalamnya menjalani kehidupan yang lebih sehat di sana.
Walau demikian, ini justru mengarah ke hal yang tidak mengenakkan. Tanpa memiliki sistem imun, hubungan seks antara manusia Mars dengan manusia Bumi dapat menyebabkan kematian, sebagaimana detikINET kutip dari Inverse, Selasa (21/5/2019).
Kegiatan tersebut dapat melewati batas dalam bagaimana dua populasi tersebut dapat berinteraksi dan berbaur. Ketidakmampuan dalam membentuk keluarga di antara dua versi manusia itu bisa membuat keduanya semakin jauh jaraknya.
Ini tentu patut diperhatikan oleh Elon Musk yang sudah berhasrat ingin membawa manusia ke Mars pada dekade 2020an. Menarik untuk ditunggu bagaimana ia menyiapkan manusia untuk menghadapi perubahan tersebut, bukan hanya mengumbar kemajuan pembuatan calon roket terkuat miliknya dalam diri Starship.
(mon/krs)