Spyware yang dibicarakan di sini menginfeksi lewat fitur telepon WhatsApp pada versi Android maupun di iOS. Hebatnya, meski menginfeksi lewat jalur fitur telepon WhatsApp, spyware tetap bisa menyusup meski telepon yang masuk itu tak dijawab korban.
Bahkan dalam sejumlah kasus, panggilan telepon yang tak terjawab itu bisa hilang dari log sehingga pengguna WhatsApp tidak pernah menyadari adanya telepon tersebut. Spyware itu dapat mengakses beragam informasi pribadi pengguna, dari pesan teks sampai data lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegasus bisa diinstall diam-diam di versi tertentu iOS, sistem operasi iPhone. Ia dapat membaca pesan teks, melacak panggilan telepon, mengambil password, melacak lokasi hingga mengambil informasi dari aplikasi.
Kemudian, ia dapat menghapus bukti eksistensi dirinya. Besar kemungkinan, para target tidak mengetahui bahwa smartphone mereka telah dimata-matai.
Pegasus dapat menginfeksi ponsel antara lain cukup dengan mengirim SMS khusus ke ponsel target untuk menginstall progam itu di background tanpa disadari user. "Kami benar-benar hantu. Kami tidak meninggalkan jejak," sebut salah satu pendiri NSO soal Pegasus.
Eksistensi Pegasus diketahui pada Agustus 2016 saat kabarnya ia digunakan untuk memata-matai aktivis di Uni Emirat Arab. Pegasus juga dikaitkan dengan kematian reporter Washington Post, Jamal Khashoggi dan untuk melacak gembong narkoba Meksiko, Joaquin Guzman.
Dikutip detikINET dari Guardian, Pegasus terdeteksi digunakan di 45 negara termasuk Arab Saudi, Meksiko,Bahrain, Kazhakstan dan Uni Emirat Arab. NSO mengatakan mereka juga mendapat kontrak di 21 negara Uni Eropa.
Halaman Selanjutnya: Berhubungan dengan Pemerintah Israel?
Berhubungan dengan Pemerintah Israel?
Foto: GettyImages
|
NSO pun sering dikait-kaitkan dengan pemerintah Israel. Sedikitnya tiga dari karyawannya bekerja di Unit 8200, lembaga keamanan pemerintah Israel semacam National Security Agency di Amerika Serikat. Bahkan ada pula yang bekerja di Mossad.
"Kami menjual Pegasus dalam rangka mencegah kriminal dan teror," sebut Hulio. Ia menyatakan lembaga intelijen mendatangi mereka karena kurang mampu lagi melacak data penting dari smartphone versi baru.
NSO Group sudah menepis keterlibatannya dalam serangan WhatsApp. "Dalam keadaan seperti apapun tak mungkin NSO terlibat dalam operasi ataupun mengidentifikasi target menggunakan teknologinya, yang hanya dioperasikan oleh badan intelijen atau penegak hukum (dari sebuah negara)," tulis NSO Group dalam pernyataannya.
NSO menyebut teknologinya itu dilisensi ke badan pemerintahan, dan hanya digunakan untuk memerangi kejahatan dan terorisme. Badan-badan pemerintahan itulah yang akan memutuskan bagaimana teknologi itu digunakan dan tanpa keterlibatan NSO.
Baca juga: Keamanan Berlipat WhatsApp Cuma Gimmick? |
Beberapa pengamat sebenarnya sudah lama khawatir teknologi NSO disalahgunakan. "Teknologi ini digunakan oleh para diktator yang bisa melakukan operasi siber global dengan hanya membelinya," kata Ron Deibert dari Citizen Lab, lembaga pengawas hak asasi manusia di Kanada.
Sudah tentu, teknologi mata-mata secanggih itu tidak murah. Media di Panama pernah melaporkan bahwa pemerintahnya membayar USD 8 juta untuk memakai Pegasus. Pada tahun 2018, pendapatan NSO mencapai USD 250 juta.
Saking powerfulnya teknologi NSO, Kementerian Pertahanan Israel meregulasi penjualannya. Namun tidak diketahui secara persis siapa saja penggunanya dan untuk tujuan apa.
Vendor seperti Apple tentu tak tinggal diam dan konsisten menutup celah keamanan agar tak dimanfaatkan spyware semacam Pegasus. Tapi kabarnya, NSO selalu bisa menemukan celah keamanan baru untuk dimanfaatkan oleh spyware buatannya.