India, Bangladesh, dan Uganda. Paling tidak, sudah ada tiga negara yang dibidik Go-Jek dalam melakukan investasi ke sejumlah startup. Itu belum termasuk Filipina, mengingat mereka sudah melakukan akuisisi terhadap sebuah startup di sana.
Satu yang menarik, kebanyakan startup yang ditanami modal olehnya sama-sama penyedia jasa ride hailing. Mereka adalah Pathao dan SafeBoda.
Pathao dari Bangladesh jadi yang lebih dulu mendapat kucuran dana dari Go-Jek. Berdasarkan data dari Crunchbase, sejak 2017, pihaknya sudah memberi modal sebanyak USD 12 juta ke startup tersebut, yang terbagi dalam dua babak pendanaan.
Kini, Pathao mengincar dana segar lainnya dalam babak pendanaan barunya. Tujuannya adalah untuk menambah layanan seperti pembayaran dan mengembangkan bisnis pesan-antar makanan serta pengiriman barang.
"Kami sedang berusaha untuk mendapatkan pendanaan sekitar USD 40 juta - USD 50 juta," ujar Pardeep Grewal, COO Pathao, sebagaimana detikINET kutip dari Channel News Asia.
Menariknya, startup yang berdiri pada 2015 ini tidak langsung lahir sebagai penyedia jasa ride-hailing, melainkan dalam bentu e-commerce di bidang logistik. Dari situ, mereka baru mengembangkan bisnisnya ke transportasi layaknya Go-Jek.
Sejauh ini, mereka sudah mengumpulkan modal sebesar USD 35 juta, dengan valuasi ditaksir lebih dari USD 100 juta. Ia pun berniat untuk menjadi super-app, layaknya Go-Jek di Indonesia.
Meski begitu, usahanya tidak mudah. Mereka masih harus bersaing dengan Uber di kawasan Asia Selatan. Walau demikian, startup ini dilaporkan sudah memiliki lebih dari 5 juta mitra pengemudi dan telah melakukan ekspansi ke Kathmandu, Nepal.
Kemudian, ada SafeBoda. Berdiri sejak empat tahun lalu, ia sudah melakukan ekspansi ke Kenya, dan sedang bersiap untuk hal serupa di Nigeria.
Baru-baru ini, mereka baru saja mengamankan modal dari Go-Jek (melalui Go-Ventures) dan Allianz X. Sekadar informasi, nama yang disebutkan terakhir adalah unit bisnis Allianz Group yang bergerak di bidang investasi digital. Sayang, tidak diketahui berapa nominal pendanaan tersebut.
Alastair Sussock, CEO sekaligus co-founder SafeBoda, mengatakan kerja sama ini akan membantunya dalam menambah sejumlah layanan fintech baik ke pengemudi maupun pelanggan. Startup besutannya itu sendiri saat ini masih fokus di ride-hailing untuk kendaraan roda dua.
Sedangkan Allianz sendiri melihat kolaborasi ini sebagai upaya untuk mentransformasi sektor transportasi, logistik, dan pembayaran di Afrika. Terlebih, ini merupakan investasi pertama Allianz X di Benua Hitam.
Sedangkan di India, Go-Jek, melalui Go-Ventures, sudah mengucurkan dana kepada Mobile Premier League (MPL) yang bergerak di bidang e-sports. Total, nilainya dilaporkan menyentuh angka USD 35,5 juta.
Selain itu, penyedia jasa ride-hailing besutan Nadiem Makarim juga sedang berupaya untuk membuat perusahaan patungan dengan Rebel Foods yang bergerak di bidang cloud kitchen (gerai makanan tanpa fasilitas dine-in, hanya pesan-antar). Keduanya disebut bakal menggelontorkan dana USD 8 juta (Rp 113 miliar) hingga USD 10 juta (Rp 142 miliar) untuk joint venture tersebut.
Untuk di India, Go-Jek memang sudah lama bergerak di Negeri Bollywood itu. Selain memiliki fasilitas di Bangalore, pihaknya juga sudah melakukan akuisisi terhadap empat startup di sana, yakni Leftshift, Pianta, C42 Engineering, dan CodeIgnition.
Sebagai tambahan, Go-Jek turut melakukan akuisis di Filipina dengan mencaplok perusahaan fintech bernama Coins.ph senilai USD 72 juta. Hal tersebut dilakuakn tak lama setelah mendapat penolakan pertama dari pemerintah negara setempat terkait dengan usaha ekspansinya ke sana.
(mon/krs)
Satu yang menarik, kebanyakan startup yang ditanami modal olehnya sama-sama penyedia jasa ride hailing. Mereka adalah Pathao dan SafeBoda.
Pathao dari Bangladesh jadi yang lebih dulu mendapat kucuran dana dari Go-Jek. Berdasarkan data dari Crunchbase, sejak 2017, pihaknya sudah memberi modal sebanyak USD 12 juta ke startup tersebut, yang terbagi dalam dua babak pendanaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bantu Go-Jek, Menkominfo Terus Lobi Filipina |
"Kami sedang berusaha untuk mendapatkan pendanaan sekitar USD 40 juta - USD 50 juta," ujar Pardeep Grewal, COO Pathao, sebagaimana detikINET kutip dari Channel News Asia.
Menariknya, startup yang berdiri pada 2015 ini tidak langsung lahir sebagai penyedia jasa ride-hailing, melainkan dalam bentu e-commerce di bidang logistik. Dari situ, mereka baru mengembangkan bisnisnya ke transportasi layaknya Go-Jek.
Sejauh ini, mereka sudah mengumpulkan modal sebesar USD 35 juta, dengan valuasi ditaksir lebih dari USD 100 juta. Ia pun berniat untuk menjadi super-app, layaknya Go-Jek di Indonesia.
Meski begitu, usahanya tidak mudah. Mereka masih harus bersaing dengan Uber di kawasan Asia Selatan. Walau demikian, startup ini dilaporkan sudah memiliki lebih dari 5 juta mitra pengemudi dan telah melakukan ekspansi ke Kathmandu, Nepal.
Kemudian, ada SafeBoda. Berdiri sejak empat tahun lalu, ia sudah melakukan ekspansi ke Kenya, dan sedang bersiap untuk hal serupa di Nigeria.
Baru-baru ini, mereka baru saja mengamankan modal dari Go-Jek (melalui Go-Ventures) dan Allianz X. Sekadar informasi, nama yang disebutkan terakhir adalah unit bisnis Allianz Group yang bergerak di bidang investasi digital. Sayang, tidak diketahui berapa nominal pendanaan tersebut.
Alastair Sussock, CEO sekaligus co-founder SafeBoda, mengatakan kerja sama ini akan membantunya dalam menambah sejumlah layanan fintech baik ke pengemudi maupun pelanggan. Startup besutannya itu sendiri saat ini masih fokus di ride-hailing untuk kendaraan roda dua.
![]() |
Sedangkan Allianz sendiri melihat kolaborasi ini sebagai upaya untuk mentransformasi sektor transportasi, logistik, dan pembayaran di Afrika. Terlebih, ini merupakan investasi pertama Allianz X di Benua Hitam.
Sedangkan di India, Go-Jek, melalui Go-Ventures, sudah mengucurkan dana kepada Mobile Premier League (MPL) yang bergerak di bidang e-sports. Total, nilainya dilaporkan menyentuh angka USD 35,5 juta.
Baca juga: Go-Jek Mau Suntik Modal ke 2 Startup India |
Selain itu, penyedia jasa ride-hailing besutan Nadiem Makarim juga sedang berupaya untuk membuat perusahaan patungan dengan Rebel Foods yang bergerak di bidang cloud kitchen (gerai makanan tanpa fasilitas dine-in, hanya pesan-antar). Keduanya disebut bakal menggelontorkan dana USD 8 juta (Rp 113 miliar) hingga USD 10 juta (Rp 142 miliar) untuk joint venture tersebut.
Untuk di India, Go-Jek memang sudah lama bergerak di Negeri Bollywood itu. Selain memiliki fasilitas di Bangalore, pihaknya juga sudah melakukan akuisisi terhadap empat startup di sana, yakni Leftshift, Pianta, C42 Engineering, dan CodeIgnition.
Sebagai tambahan, Go-Jek turut melakukan akuisis di Filipina dengan mencaplok perusahaan fintech bernama Coins.ph senilai USD 72 juta. Hal tersebut dilakuakn tak lama setelah mendapat penolakan pertama dari pemerintah negara setempat terkait dengan usaha ekspansinya ke sana.