Langkah itu disinyalir agar Xperia bisa terus dipertahankan dengan 'menyembunyikannya'. "Dengan menyembunyikan kerugian terkait mobile, mereka dapat menjauhkan tekanan dari pemegang saham untuk menutupnya," ucap Amir Anvazadeh dari Asymmetric Advisors PTE.
Namun Sony menegaskan akan tetap mengungkap performa bisnis ponselnya. Penggabungan dilakukan agar ada sinergi lebih baik antara beragam lini produk Sony.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sony Tutup Pabrik Ponselnya di China |
Dikutip detikINET dari Wccftech, divisi mobile Sony pada tahun lalu menderita kerugian masif sebesar USD 940 juta. Ponsel Xperia tidak mampu melawan Samsung dan deretan vendor asal China yang belakangan menuai sukses besar.
Bayangkan saja, pada kuartal III 2018, Sony hanya mampu menjual 2 juta unit ponsel Xperia secara global. Lantas kenapa divisi Xperia terus dipertahankan? Rupanya Sony yakin kedatangan era 5G perlu tetap ditunjang dengan produksi ponsel sendiri.
"5G penting bagi strategi smartphone kita di masa depan. 5G adalah teknologi dengan potensi luar biasa karena bisa mengkoneksikan semua perangkat portabel ke cloud. Untuk benar-benar memanfaatkan teknologi ini kita perlu mempertahankan kapabilitas riset dan menciptakan aplikasi yang berhubungan," kata CFO Sony, Hiroki Totoki.
"Dengan terus mengerjakan 5G di bisnis smartphone, kita bertujuan untuk mengembangkan teknologi 5G sebagai sebuah kompetensi yang dapat digunakan di seluruh grup Sony," tambah dia.
Sony pun menargetkan divisi ponsel bisa meraih untung pada tahun 2021. Caranya antara lain dengan upaya memangkas pengeluaran sampai 50%.
(fyk/krs)