Dalam laporan yang diterbitkan di Nature Geoscience, para peneliti menyebut bahwa inti dalam Bumi berusia sekitar 565 juta tahun. Angka tersebut jauh lebih muda ketimbang prediksi sebelumnya, yaitu 4,5 miliar tahun, sama seperti umur Planet Biru ini.
"Sebelum ada data ini, umur inti dalam Bumi tidak jelas," ujar John Tarduno, salah satu profesor dari University of Rochester.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disebutkan sebelumnya bahwa temuan ini memiliki hubungan dengan medan magnet Bumi. Hal tersebut mengingat medan magnet planet ini terbentuk dari cairan besi di dalam inti Bumi lewat geodinamo, yaitu proses kinesis perubahan cairan perut Bumi menjadi energi magnetis.
Para peneliti percaya bahwa proses geodinamo, yang diikuti pembentukan medan magnet, berlangsung pada usia awal Bumi, tak lama setelah peristiwa yang menyebabkan terbentuknya Bulan. Lalu energi magnetis tersebut terus berkurang sampai pada 565 juta tahun silam, ketika dinamo yang menjadi penggerak perubahan energi itu hendak runtuh.
Untungnya, saat itu inti dalam Bumi mulai terbentuk. Hal ini kemudian memberikan energi kepada proses geodinamo untuk kembali berjalan sebagaimana mestinya.
"Ini merupakan titik krusial dalam evolusi Bumi. Medan magnet tidak runtuh karena inti dalam Bumi mulai tumbuh dan memberikan sumber energi baru untuk proses geodinamo," ujar Tarduno.
Lebih lanjut, para peneliti juga menemukan bahwa medan magnet sangat rendah pada 565 juta tahun lalu. Tarduno bahkan menyebutkan "titik paling rendah dari yang pernah dicatat".
"Medan magnet merupakan aspek yang membuat Bumi menjadi planet yang spesial dan sampai saat ini satu-satunya yang memungkinkan adanya kehidupan," tutur Richard Bono, peneliti dari University of Liverpool.
Hal ini tentu benar adanya. Terlebih, Tarduno, seraya menambahkan ucapan Bono, mengatakan bahwa rendahnya medan magnet Bumi berarti tingkat radiasi berbahaya ke arah planet ini akan meningkat.
"Radiasi tersebut bisa berbahaya bagi DNA, sebagai salah satu contohnya, dan ada sejumlah spekulasi yang menyebut peristiwa tersebut bisa menyebbkan mutasi," kata Tarduno.
Meski demikian belum ada bukti ilmiah mengenai hubungan antara melemahnya medan magnet dengan radiasi yang membahayakan manusia. Dalam suatu waktu, NASA sempat mengatakan bahwa melemahnya medan magnet akan diikuti dengan mengecilnya radiasi Matahari terhadap Bumi. Selain itu, masih ada atmosfer yang cukup tebal dalam memberikan perlindungan terhadap partikel-partikel dari Matahari.
(mon/krs)