FEIC pun berencana untuk melakukan perjalanan mengarungi lautan menggunakan kapal pesiar pada 2020. Mungkin mereka ingin ramai-ramai mengunggah foto garis horison dan mengklaim bahwa Bumi itu datar.
Sayangnya, perjalanan menggunakan kapal pesiar sejatinya membuat mereka secara tidak langsung mengakui bahwa Bumi itu bulat. Hal tersebut lantaran sistem navigasi dari kapal pesiar, dan kapal-kapal lainnya, bergantung pada fakta bahwa Bumi tidak datar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Bumi Datar vs Bumi Berongga vs Bumi Donat |
"Sistem navigasi kapal itu berdasarkan prinsip bahwa Bumi itu bulat. Peta laut didesain dengan paham tersebut di kepala, bahwa Bumi itu bulat," ujar Henk Keijer, mantan kapten kapal pesiar yang sudah bertugas selama 23 tahun.
Lebih lanjut, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (12/1/2018), Keijer mengatakan bahwa hadirnya GPS juga menjadi bukti bahwa Bumi itu bulat, bukan datar. GPS bergantung pada 24 satelit utama yang mengorbit Bumi untuk memberikan informasi terkait dengan navigasi.
"Alasan mengapa digunakannya 24 satelit karena lengkungan yang dimiliki Bumi. Minimal, tiga satelit dibutuhkan untuk menentukan posisi, tapi seseorang yang berada di sisi lain Bumi juga ingin tahu posisinya, jadi mereka juga butuh sejumlah satelit dengan jumlah serupa," tuturnya.
Keijer menambahkan, jika Bumi memang datar, tiga satelit itu sudah cukup untuk memberikan informasi mengenai posisi seluruh orang yang ada di planet ini. Sayangnya, hal tersebut tidak mungkin karena Bumi itu bulat.
"Saya sudah berlayar sejauh 2 juta mil (3,2 juta km), percaya atau tidak. Saya tidak pernah menemui satu pun kapten kapal yang percaya Bumi itu datar," pungkasnya. (rns/rns)