Selain dikenal sebagai penyedia sistem operasi Windows dan aplikasi seperti Office 365, Microsoft juga jadi salah satu pemain besar di bidang cloud. Hal ini tampak dari jumlah data center yang dimilikinya di seluruh dunia.
Saat ini, Microsoft memiliki pusat data di 54 daerah. Pusat data itu berkaitan dengan layanan cloud mereka yang bernama Microsoft Azure. Singapura jadi lokasi pusat terdekat dari Indonesia. Negeri Singa itu mewakili kawasan Asia Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Presiden Microsoft Asia Pacific Andrea Della Matea, pihaknya telah berinvestasi besar di sektor ini. Hal tersebut memicu pertumbuhan lebih dari dua kali lipat kawasan tempat Microsoft Azure beroperasi hingga menjadi 54 saat ini.
Banyaknya pusat data Microsoft melahirkan satu fakta unik. Hal ini berkaitan dengan kabel fiber yang menghubungkan satu data center dengan data center lainnya. Panjangnya sampai 6 kali jarak Bumi ke Bulan, atau tiga kali dalam perjalanan rute bolak-balik.
"Jika kalian merentangkan seluruh kabel fiber yang menghubungkan seluruh Microsoft Azure, maka panjangnya akan setara dengan tiga kali perjalanan bolak-balik dari Bumi ke Bulan," ujarnya saat dijumpai dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Selain itu, ia mengklaim bahwa 95% dari perusahaan yang termasuk di dalam Fortune 500 menggunakan layanan cloud Microsoft. Menariknya, ada nama Pertamina yang menjadi salah satu pelanggan perusahaan pimpinan Satya Nadella tersebut.
Microsoft sendiri juga berada di dalam daftar perusahaan top tersebut. Ia berada di urutan 30.
Dengan pengalaman berurusan bersama korporasi global tersebut, Microsoft menyadari bahwa yang semakin mengalihkan fokus ke tech intensity. Apa itu?
"Itu adalah bagaimana sebuah perusahaan mengadopsi teknologi seperti data, AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan), IoT (internet of things), dan cloud yang dipadukan dengan bagaimana sebuah perusahaan melakukan investasi dan pengembangan kemampuan digital mereka," tutur Andrea.
Menurutnya, tech intensity bisa membedakan mana perusahaan yang berhasil dan mana yang gagal. Selain itu, hal tersebut juga dianggapnya menjadi pembeda antara negara yang teknoginya sudah maju dan negara yang tertinggal di belakang.
(mon/krs)