"Satelit Merah Putih ini sudah selesai dikerjakan pada 25 Juni dan sudah dikirimkan dari SSL di San Francisco ke Cape Canaveral di Florida," kata Hendra Gunawan, Koordinator Proyek Satelit Merah Putih di Telkom Tower, Jakarta.
Pengiriman satelit dari pabriknya dilakukan melalui jalur darat menggunakan truk yang melalui 10 kota di Amerika Serikat, mengingat letak San Francisco dan Florida adalah dari ujung ke ujung. Satelit Merah Putih kemudian akan diluncurkan di Cape Canaveral oleh roket Falcon 9 dari SpaceX, perusahaan besutan Elon Musk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Roket yang membawa satelit ini dari SpaceX memakai teknologi terbaru. Bisa bolak balik sebanyak 10 kali, sebelumnya cuma 2 kali," papar Hendra.
Ya, SpaceX memang terkenal karena menjadi pionir dalam teknologi penggunaan roket berulang kali. Begitu satelit telah diluncurkan ke angkasa, roket SpaceX secara otomatis bakal kembali ke Bumi untuk digunakan lagi sehingga bisa menghemat biaya. Roket itu akan ditangkap oleh kapal berjuluk drone ship.
"Investasi satelit ini memang tidak kecil sehingga kami harus bermitra dengan perusahaan kredibel dan handal," tambah Hendra sembari menjelaskan peluncuran roket SpaceX memiliki persentase kesuksesan 98,52% di mana dari 57 misi yang mereka lakukan, hanya sekali mengalami kegagalan.
SSL sendiri menurut Hendra juga merupakan perusahaan pembuat satelit andal dan berhasil menyelesaikan pembuatan satelit Merah Putih 2 bulan lebih cepat dari kontrak.
Jika tidak ada aral melintang, jadwal peluncuran Satelit Merah Putih adalah pada tanggal 4 Agustus. Kemudian tiba di slot orbit 108 derajat bujur timur pada 15 Agustus 2018. Satelit ini nantinya akan menggantikan Telkom 1 yang masa aktifnya masih bertahan sampai 2022.
Satelit tersebut akan memiliki kapasitas dan cakupan Standard C-Band sebanyak 24 transponder (Asia Tenggara), Standard C-Band 24 transponder (Asia Selatan), dan Extended C-Band 12 transponder (Asia Tenggara). Total kapasitas yang diusung sebanyak 60 transponder.
Adapun berat totalnya 5,8 ton di mana 3,8 ton di antaranya adalah bahan bakar. Ia dirancang untuk beroperasi di angkasa selama 16 tahun. (fyk/rou)