.webp)
"Pertimbangan Kominfo untuk mengatasi konten negatif itu bisa dipahami. Kita liat bahwa pengguna anak cukup banyak, bahkan video populer di Tik Tok itu kebanyakan anak-anak," ujar Nukman saat dihubungi detikINET melalui sambungan telepon, Rabu (4/7/2018).
Padahal, kata Nukman, para penyelenggara media sosial sudah mencantumkan aturan tegas bahwa penggunanya harus berusia minimal 13 tahun. Itu pun harus dilakukan pendampingan oleh orang tua.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara, anak-anak gampang terpapar konten dewasa. Di Tik Tok ada juga konten dewasa. Pertimbangan pemblokiran (oleh pemerintah) bisa saya pahami," ungkapnya.
Meski demikian, Nukman berpandangan kalau pemblokiran media sosial bukan cara yang tepat untuk jangka panjang. Disampaikan pria kelahiran Semarang tersebut, pemblokiran hanya untuk jangka pendek saja.
"Karena kita juga dari masyarakat global. Kalau kemudian menutup diri dari perkembangan media sosial, kita akan terbelakang. Makanya, pemblokirannya hanya sementara," ucap dia.
Baca juga: Pemblokiran Tik Tok dan Konsistensi Kominfo |
"Pemblokiran tidak tepat untuk jangka panjang ini tidak hanya untuk Tik Tok saja, tetapi juga semua aplikasi apapun," kata Nukman menambahkan.
Nukman menghimbau agar pengelola Tik Tok melakukan pembicaraan dengan pemerintah Indonesia terkait kasus pemblokirannya itu. Pembicaraan tersebut tentunya agar media sosial berkomitmen terhadap aturan yang berlaku di Indonesia dan turut mengatasi kejahatan terhadap anak.
"Saya harap ada komunikasi antara pemerintah dan Tik Tok. Platform ini juga mendorong kreasi, itu positif. Blokir memang meredam efek negatifnya tapi juga menghilangkan semua efek positifnya. Jadi, pemblokiran itu tidak baik untuk jangka panjang, hanya sementara saja," tuturnya.
Tonton video Bowo Alpenliebe Kecewa Tik Tok Diblokir:
[Gambas:Video 20detik] (agt/rou)
