Menurut Noah Petro, seorang ilmuwan Bulan dari Goddard Space Flight Center yang berbasis di Maryland, Amerika Serikat, durasi gerhana bulan total dipengaruhi dari posisi Bulan.
"Apa yang mengontrol durasi gerhana bulan adalah posisi bulan saat melewati bayangan Bumi," kata Petro sebagaimana dilansir dari Space, Selasa (2/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagian paling gelap dari bayangan Bumi disebut dengan umbra. Petro mengatakan, maka bayangkan umbra sebagai kerucut yang memanjang dari Bumi ke arah berlawanan dengan Matahari.
"Bulan bisa merambat melalui kerucut atau menembus tengah. Itu (di tengah) mendapat gerhana berdurasi lebih panjang. Kali ini, Bulan semakin dekat ke pusat kerucut itu dan karenanya sedikit lebih panjang dari gerhananya yang kita alami pada bulan Januari," tuturnya.
Pada gerhana bulan total pada 27 Juli nanti akan berlangsung selama satu jam 43 menit. Sementara, pada gerhana bulan total di Januari kemarin terjadi satu jam 16 menit.
Tak hanya gerhana bulan total saja, gerhana bulan parsial juga turut mencatatkan sejarahnya, di mana akan berlangsung selama tiga jam 55 menit. Hal ini yang membuat waktu gerhana bulan parsial terlama antara tahun 2011 dan 2020.
Bagi masyarakat yang berada di wilayah Australia, sebagian Eropa, dan Asia bisa menikmati pemandangan gerhana bulan total terlama sepanjang abad 21 tersebut secara langsung. Tentunya, itu didukung dengan dukungan cuaca cerah yang berada di daerah masing-masing.
NASA menyebutkan gerhana bulan total berikutnya akan terjadi kembali pada 21 Januari 2019. Saat itu fase totalnya berlangsung selama satu jam dua menit. (agt/rou)