Seperti diketahui, sebelumnya Go-Jek mengumumkan ekspansi layanannya di Vietnam dan Thailand. Untuk di Vietnam, Go-Jek akan beroperasi dengan nama Go-Viet. Sementara di Thailand, merek yang diperkenalkan bernama Get.
Keluhan ini diucapkan oleh pengguna Twitter dengan nama akun @asriel1606. Ia mempertanyakan keputusan Go-Jek mengubah nama mereka Go-Viet di Vietnam dan Get di Thailand.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya berpikir kalau Go-Jek adalah merek yang bagus untuk merangkul komunitas ASEAN agar mengadopsi bahasa gaul Indonesia dengan bahasa lokal mereka. Jadikan Go-Jek sebagai merek internasional," kata @asriel1606.
why do they change their name into Go-Viet in Vietnam and GET in Thailand? I just thought if Go-Jek also nice brand to embrace Asean's community adopt our Indonesian slang with their local language. Make Go-JEK as an International Brand @gojekindonesia https://t.co/e15kKaRer5
β asril (@asriel1606) June 25, 2018
Begitu juga yang dikeluhkan oleh @yudistirop. Menurutnya, Go-Jek sebaiknya mempertahankan identitas aslinya, seperti yang dilakukan kompetitornya Grab dan Uber saat kedua perusahaan tersebut ekspansi ke berbagai negara.
Harusnya namanya tetep Go-Jek macam Uber dan Grab. Jadi cukup 1 aplikasi saja, gak perlu pasang aplikasi lagi π
β π₯΄ (@yudistirop) June 26, 2018
Perubahan nama Go-Jek ini juga turut menyita perhatian oleh salah satu venture capital Indonesia, Ideosource. Menurut Managing Partner Andi S. Boediman Ideosource, keputusan Go-Jek mengubah nama tersebut dinilai sangat bermanfaat sebagai value brand.
"Sangat bermanfaat sih value brand. Awareness bahwa mereka perusahaan transport dan akan bersaing dengan existing player membuat customer jadi punya pilihan," kata Andi.
Namun dia memberi catatan, dikenal saja tidak cukup. Mengingat persaingan aplikasi transportasi yang ketat, Go-Jek harus bekerja keras, terutama di negara-negara yang baru disambanginya. (agt/rou)