Big Data di Berbagai Sektor, dari Kesehatan Sampai Politik
Hide Ads

Big Data di Berbagai Sektor, dari Kesehatan Sampai Politik

Muhammad Alif Goenawan - detikInet
Jumat, 11 Mei 2018 20:13 WIB
Foto: internet
Jakarta - Indonesia saat ini tengah memasuki era data, dimana tren Big Data sudah mulai berkembang. Walau belum banyak yang tahu, Big Data banyak memberikan manfaat di berbagai industri.

Perusahaan analytic Big Data asal Indonesia yang menamakan dirinya BigJava bicara blak-blakan terkait tren Big Data di industri khususnya Tanah Air. Salah satunya yang paling hangat adalah di dunia politik.

Seperti diketahui, Indonesia saat ini sedang memasuki tahun politik menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2019. CEO BigJava Ruli Harjowidianto mengatakan jika Big Data bisa berperan penting dalam dunia politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kalangan politik bisa memakai Big Data untuk memahami kondisi sosial dan lokasi secara spesifik dengan media sosial analitik. Ia pun memprediksi akan banyak bermunculan perusahaan baru atau perusahaan lama yang beralih ke media sosial analitik.


"Big Data, dengan data-data yang ada kami bisa kumpulkan,kami analisa dulu, dan bikin algoritmanya. Lalu nantinya bisa keluar siapa sih calon yang kuat? Siapa-siapanya dari calon itu bisa dilihat dari sentimennya, dari seberapa terkenal dia atau tidak," ujar Ruli di Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Meski Big Data akan menjadi primadona ketika Pemilu nanti, Ruli mengatakan bahwa BigJava akan tetap independen. "Arahnya akan ke sana nantinya, tapi tidak akan menjual. Kami bisa melakukan seperti media sosial analitik, tapi tidak menjual," tegasnya.

CEo BigJava Ruli Harjowidianto CEo BigJava Ruli Harjowidianto Foto: istimewa

Selain di dunia politik tadi, Big Data juga bermanfaat di industri kesehatan. Ruli pun menceritakan jika dengan Big Data, pencarian obat untuk suatu penyakit bisa dilakoni dengan mudah dan singkat, dibanding cara konvensional.

"Untuk mencari obat kanker diperlukan riset dan penelitian selama 20 tahun, secara manual. Dia cari obat-obatnya, kemudian dari obatnya itu dilihat gennya seperti apa, apakah dia orang Asia atau bukan. Obat apa yang paling cocok bagi dia," tuturnya.

"Nah, itu kan bisa dicari secara manual, tapi membutuhkan waktu lama. Dengan adanya analisa Big Data ini kami kumpulkan semuanya, kemudian dipilah-pilah kita bikin algoritma yang akan keluar prediktif analitiknya bahwa ini obat yang tepat untuk menyembuhkan kangker untuk si A," ujarnya.


Sementara untuk di industri telekomunikasi, Ruli menyebut Big Data dipakai untuk mengetahui kebiasaan per pelanggan. Pelanggan itu sukanya apa, apalikasi apa yang paling banyak dipakai.

"Si operator juga akan tahu konsumennya ini suka main WhatsApp atau tidak. Ini orang tidak suka browsing. Bisa seperti itu," tutupnya. (mag/asj)
Berita Terkait