Contohnya Feri Anto (25), pemilik usaha Bau Duren. Ia memasarkan produknya yang berupa daging durian dengan kemasan cup di berbagai media sosial. Bau Duren juga memiliki website sendiri yang memudahkan reseller ataupun agen yang ingin bekerja sama.
Bau Duren dikemas dalam cup berukuran 20gr, 50gr, dan 100gr. Karena Bau Duren hanya tahan empat jam di luar freezer dan 12 jam di dalam stereofoam, maka pendistribusian cukup menjadi tantangan tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Sementara daya tahan Bau Duren di dalam freezer bisa hingga 4 bulan. Karena rentannya kualitas daging durian inilah ke depannya kami ingin punya rumah produksi di setiap kota dan ingin instal freezer sendiri di setiap toko," jelasnya di event Telkom Craft Indonesia, JCC, Jakarta.
Bau Duren telah memasarkan produknya mulai dari Jabodetabek hingga Papua. Sejak 2015, Feri bersama teman-temannya menjual jus durian dengan beragam topping di salah satu restoran di Bandung. Sepinya peminat, membuat Feri memutar akal. Ia mengemas daging durian dengan berbagai ukuran cup.
"Tujuan utamanya semata-mata untuk memudahkan pecinta durian, sehingga tidak perlu berkotor-kotor ketika memakan buah durian," ujarnya lanjut bercerita.
Sejak awal sasaran konsumen lebih ditargetkan ke anak muda pecinta durian. Namun, nyatanya cukup banyak pula orang tua berusia lanjut yang menyukai Bau Duren. "Kira-kira perbandingannya 60% anak muda dan sisanya orangtua," katanya.
Harapannya untuk memasarkan Bau Duren melalui Event Telkom terbilang sudah terlihat. Ia mendapat banyak koneksi dengan pegiat UKM lain hingga menawarkan kerjasama. Feri pun tak segan-segan memberi tips bagi mereka yang ingin mulai berbisnis.
"Yang terpenting adalah yakin sama diri sendiri. Kalau sudah ada ide, tinggal eksekusi saja. Jangan terlalu banyak dipikirkan takut gagal atau apa, nanti tidak akan jalan,"katanya.
Harus Fokus!
Media internet juga dimanfaatkan Aya Sophia (38) untuk meluaskan pemasaran. Aya memiliki konsumen setianya di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Salah satu marketplace yang ia gunakan untuk memasarkan produknya adalah blanja.com. Namun, ia masih menemukan tantangan saat menggunakan marketplace.
![]() |
"Perputaran perbelanjaan sangat cepat. Jadi, kalau menggunakan marketplace memang harus benar-benar fokus," jelasnya.
UKM yang dinamainya Rumah Aya Sophia ini cenderung memasarkan produk menggunakan sosial media, karena dinilai bisa mengatur feed yang menarik dan dapat sesuka hati kapan saja ingin meng-upload produk.
Bisnis yang ia jalankan bersama teman-temannya ini berfokus pada jilbab, mukena, dan home decor berupa sarung bantal. Tidak ada karakter khusus yang dipilih untuk menarik hati konsumen dari segmen tertentu. Beberapa motif kerudung ada yang berawarna salem dan adapula bold.
"Biasanya, dari usia 18 sampai 40 tahun lebih memilih mukena dan kerudung. Karakter dari produk kami adalah yang nyaman dipakai sehari-hari. Kalau produk home decor, bisa sampai usia 50 tahun ke atas peminatnya," katanya.
Aya berangkat dari kegemarannya yang menyukai kerajinan tangan. Pekerjaan sebelumnya di bidang advertising tidak ia teruskan dan memilih fokus berbisnis sejak 2017.
"Awalnya diajak teman. Lama-lama jadi menikmati juga. Kami belum desain motif kain sendiri. Kain masih didapat dari pabrik dan menggunakan jasa maklon. Ke depannya, kami bercita-cita dapat punya rumah produksi sendiri," ungkapnya.
Pebisnis asal Bogor ini menjual kerudung seharga Rp 50.000- Rp 60.000, mukena Rp100.000-Rp 250.000, dan sarung bantal seharga Rp 45.000.
Dengan didukung keluarga dan teman-teman, Aya berharap melalui Telkom Craft Indonesia, produknya bisa dikenal lebih luas lagi.
"Selama dua hari ini sih sudah dapat beberapa tawaran kerja sama dari Home Shopping, EO dari pameran lain, dan ada pesanan juga,"pungkasnya
Lebih Luas Berkat Internet
Kenyamanan memasarkan produk di sosial media juga dirasakan oleh kakak-beradik Lula Yulvia (19) dan Dea Meidina (23) yang menamai bisnisnya dengan Maijah.
![]() |
"Kami lebih sering menggunakan platform sosial media dibandingkan marketplace. Tapi ada juga salah saru marketplace yang memang lebih disenangi konsumen untuk transaksi karena mereka merasa lebih aman," pungkasnya.
Bersama kakaknya, sejak 2012 Lula sudah menjual berbagai skin care berbahan alami. Dari mulai masker wajah, masker rambut, hingga body scrub. Citra natural memang sangat terlihat dari kemasannya yang simpel.
"Kami memang suka browsing soal manfaat bahan-bahan alami. Bahan-bahan kami ambil dari supplier yang bisa dipercaya lalu kami kemas sendiri," ujarnya.
Dengan semangat, Lula menjelaskan kepada pembeli berbagai manfaat dari masker lumpur, kopi, susu, yoghurt, coklat, green tea, dan madu bagi tubuh.
Perawatan rambut pun tidak boleh diabaikan. Maijah memiliki produk hair mask yang dapat disesuaikan dengan keluhan setiap konsumen.
"Kalau rambut ingin berkilau, bisa pakai masker madu. Bagi yang bermasalah dengan rambut rontok, bisa dicoba masker ginseng atau alpukat. Rambut yang tipis juga bisa diatasi dengan pakai aloe vera atau emulsion," ucapnya.
Berawal dari sekedar menjual ke teman terdekat, kini peminatnya sudah lebih luas lagi. Sejauh ini, masker green tea dan coklat masih menjadi favorit konsuman Maijah. Produk berkisar dari Rp 25.000-Rp 50.000 dengan pilihan kemasan sebesar 25gr dan 50gr. (rou/rou)