Angkatan Udara Amerika Serikat (AU AS) resmi meneken kontrak baru dengan SpaceX yang akan membuat perusahaan tersebut menerima uang sebesar USD 291 juta (Rp 4 triliun). Kontrak ini akan menugaskan SpaceX untuk menerbangkan sebuah satelit kemiliteran, sebagaimana disebutkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Satelit yang dijadwalkan akan diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 pada Maret 2020 mendatang bernama GPS III. Pihak AU AS tidak menutup kemungkinan untuk meluncurkan dua satelit serupa dalam kesempatan berikutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai kontrak yang akan diterima oleh perusahaan besutan Elon Musk ini terdiri dari ongkos peluncuran pada Maret 2020 senilai USD 96,8 juta. Lalu, terhitung juga dua penerbangan GPS III sebelumnya pada April 2016 dan Maret 2017, yang masing-masing menelan biaya USD 87,2 juta dan 96,5 juta.
Selain itu, SpaceX juga telah menyepakati kerja sama dengan Maxar Technologies, yang merupakan induk perusahaan dari DigitalGlobe, sebuah manufaktur satelit. Dari kolaborasi ini, nantinya SpaceX akan meluncurkan konstelasi baru dari WorldView Legion pada 2021 menadatang.
Sebelumnya, Falcon 9, yang juga akan bertanggung jawab pada misi tersebut, telah menerbangkan dua konstelasi versi lama dari WorldView. "Kami mengapresiasi keputusan DigitalGlobe untuk memilih Falcon 9 untuk mengirim satelitnya ke orbit," ucap Shotwell.
Dengan dua kontrak terbaru ini, SpaceX memperkirakan bahwa sudah terdapat lebih dari 100 misi yang mengantre untuk dieksekusi. Total nilai dari seluruh misi itu pun dapat melampaui USD 12 miliar (Rp 165 triliun).
Keberhasilan SpaceX dalam memimpin industri antariksa pun memunculkan sejumlah spekulasi mengenai valuasinya di masa depan. Bank of America Merryll Lynch memperkirakan nilai dari perusahaan tersebut akan menyentuh pada angka USD 2,7 triliun (Rp 37.168 triliun) dalam tiga dekade mendatang.
Angka tersebut hampir tiga kali lipat dari yang diprediksi oleh Morgan Stanley. Perusahaan penyedia layanan keuangan ini melihat SpaceX akan mencapai valuasi sebesar USD 1,1 triliun (Rp 15.142 triliun) pada 2040. (fyk/fyk)