Aplikasi Telegram makin ramai dipakai pengguna dan kian mengejar WhatsApp yang merupakan aplikasi sejuta umat. Akan tetapi, nasib Telegram di Indonesia sedang terancam.
Pendiri Telegram Pavel Durov mengklaim bahwa aplikasi pesan instan besutannya itu akan mencapai satu miliar pengguna aktif bulanan dalam waktu satu tahun.
"Kami mungkin akan melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam satu tahun sekarang. Telegram menyebar seperti kebakaran hutan," kata Durov, yang sepenuhnya memiliki Telegram, seperti dikutip detikINET dari Reuters.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WhatsApp yang merupakan saingan utama Telegram, masih unggul cukup jauh dengan pengguna aktif bulanan menyentuh dua miliar.
Telegram, yang sangat berpengaruh di negara-negara republik bekas Uni Soviet, menduduki peringkat sebagai salah satu platform media sosial utama, setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat.
Telegram Terancam Ditutup di Indonesia
Tren pertumbuhan pengguna Telegram itu sedang menemui jalan terjal, khususnya di Indonesia. Telegram disebutkan banyak dipakai untuk main judi online, di mana saat ini Presiden Joko Widodo tengah gencar-gencarnya memberangus permainan haram tersebut.
Bahkan, ancaman penutupan layanan Telegram di Indonesia itu diungkapkan langsung oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah memberikan peringatan keras terhadap pihak yang tidak kooperatif memberantas judi online. Untuk penyelenggara jasa internet (ISP) terancam ditutup, sedangkan platform digital akan dijatuhi dengan Rp 500 juta per kontennya.
Platform digital ini sangat kooperatif, saya sebut saja di sini, tinggal Telegram yang tidak kooperatif," ujar Budi dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (24/5/2024).
Ia kemudian mencontohkan Google yang menunjukkan keseriusan dalam mengatasi judi online muncul di platform mereka. Salah satunya dengan penggunaan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Dan, sekarang ada tren, para judi online ini mainnya di Telegram. Oleh karena itu, saya peringatkan kepada Telegram, jika tidak mau kooperatif untuk berantas judi online ini akan pasti kami tutup," tegas Budi.
Telegram sendiri pernah bermasalah di Indonesia. Pada 2017 silam, aplikasi satu ini sempat diblokir oleh Kominfo gara-gara di dalamnya terdapat konten radikalisme, terorisme, sampai soal paham kebencian, menjadi alasan layanan tersebut diputus aksesnya oleh pemerintah.
Ketika itu, Pavel Durov bahkan sampai harus bertandang ke Indonesia untuk membahas pemblokiran Kominfo terhadap layanannya hampir satu bulan lamanya. Pada akhirnya, Telegram dinormalisasi usai disepakati mengikuti aturan yang berlaku.
(agt/fay)