Aplikasi Clubhouse Punya Beberapa Masalah
Hide Ads

Round Up

Aplikasi Clubhouse Punya Beberapa Masalah

Fitraya Ramadhanny - detikInet
Kamis, 18 Feb 2021 08:33 WIB
Jakarta -

Media sosial baru berbasis audio, Clubhouse menjadi populer di seluruh dunia. Namun sejumlah masalah membayanginya.

Sejak dipromosikan CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, Clubhouse meledak di berbagai negara. Semua pengguna iPhone ingin mencobanya. Sementara para pengguna Android gigit jari.

Eksklusifitas karena faktor iOS dan sistem undangan yang dipakai Clubhouse, membuat hype aplikasi ini semakin membumbung tinggi. Namun para pengguna mesti tahu juga nih, ada beberapa masalah yang mengikuti Clubhouse.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihimpun detikINET, Kamis (18/2/2021) inilah 3 masalah yang mendera Clubhouse:

1. Berpotensi diintip China dan lacak pengguna

Riset Stanford Internet Observatory (SIO) menyebutkan, infrastruktur Clubhouse disediakan oleh Agora. Ini adalah perusahaan software real-time engagement asal China. Selain itu, nomor ID Clubhouse dan chatroom ID ditransmisikan dalam teks biasa (plaintext) yang berpotensi membuat pengguna dapat dilacak.

ADVERTISEMENT

Agora berpotensi dapat mengakses file audio mentah milik pengguna. Hasil pemantauan pada aplikasi Clubhouse menemukan adanya kejadian di mana metadata chatroom diteruskan ke server yang tampaknya dihosting di China, sementara file audio dialihkan melalui server yang dikelola oleh entitas asal China.

"Kedua masalah keamanan ini relatif mudah untuk dieksploitasi dan menimbulkan risiko keamanan langsung bagi jutaan pengguna Clubhouse, terutama yang ada di China," tulis SIO dikutip dari Apple Insider.

2. Undangan diperjualbelikan

Karena sifatnya yang eksklusif, jadi kesempatan orang untuk menjual undangan masuk Clubhouse di e-Commerce. Setidaknya ini terjadi di China dan di Indonesia.

Diberitakan Financial Times, Netizen di China rela membayar untuk akses ke aplikasi Clubhouse demi bisa mengobrol tentang berbagai topik sensitif yang tidak disensor pemerintah. Sejumlah e-commerce di China menjual ribuan invitation berbayar untuk bisa menggunakan platform asal AS ini.

Pengguna China ramai-ramai menyerbu Clubhouse untuk bertukar pendapat mengenai banyak hal. Mulai dari dukungan untuk protes anti-pemerintah di Hong Kong hingga keraguan atas aturan satu partai di negara tersebut. Tentu saja topik-topik semacam ini sangat sensitif dan melanggar kontrol internet ketat di China.

Di Indonesia, undangan Clubhouse juga dijual di e-Commerce. Pantauan detikINET, undangan tersebut ditawarkan seharga Rp 200 ribu di Tokopedia. Konsultan kreatif sekaligus CEO Riuh Renjana Creative, Dwika Putra, menyarankan untuk tidak membelinya.

"Menurut saya tidak perlu (dibeli), karena sebenarnya bisa diperoleh gratis, selama kita bisa mendapat jalur yang tepat. Apalagi, ada beberapa 'gerakan' yang dibuat untuk memerangi penjualan tersebut, dengan cara membagi-bagi invitation gratis," kata Dwika saat dihubungi detikINET.

Tokopedia juga akan menindak penjualan undangan ini. PR Lead Tokopedia Ekhel Liu mengatakan pihaknya akan selalu menindak tegas segala bentuk penyalahgunaan platform mereka dan atau pelanggaran hukum yang berlaku di Indonesia.

"Saat ini, kami telah menindaklanjuti laporan sesuai prosedur dengan menurunkan produk yang dimaksud," ujarnya.

Halaman selanjutnya: blokir di China dan potensi blokir di Indonesia...

3. Blokir Clubhouse di China

Clubhouse tiba-tiba diblokir di China pada Senin (8/2) malam. Sebelum diblokir, aplikasi ini digunakan netizen China untuk mendiskusikan topik politik yang sensitif.

Ribuan pengguna Clubhouse di China mengeluh mereka tidak bisa terhubung dengan server Clubhouse seperti biasa. Mereka hanya bisa mengakses layanan tersebut lewat VPN, seperti dikutip dari South China Morning Post.

Halaman utama aplikasi Clubhouse sekarang menampilkan banner berwarna merah dengan tulisan: "Error SSL terjadi dan koneksi keamanan ke server tidak dapat dilakukan." Pengguna juga mengatakan mereka tidak bisa menerima kode verifikasi menggunakan nomor telepon dari China daratan.

Clubhouse digunakan netizen China untuk membicarakan topik sensitif seperti protes di Hong Kong, unifikasi China dan Taiwan, serta perlakuan pemerintah China ke warga Uighur. Itu sebabnya pemerintah China bertindak.

4. Terancam diblokir di Indonesia

Satu lagi potensi masalah datang dari Tanah Air. Clubhouse yang menjadi buah bibir lantaran dipakai banyak tokoh dan influencer, ternyata masih belum terdaftar di pemerintah. Bila tak kunjung mendaftarkan diri, sesuai peraturan berlaku, Clubhouse bisa diblokir di Indonesia.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan Clubhouse adalah bagian dari Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE). Maka dari itu, Clubhouse harus terdaftar di Kominfo apabila masih menggelar layanannya ke pengguna internet Indonesia.

Merujuk pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkung Privat, Clubhouse telah diberi waktu enam bulan untuk Clubhouse, terhitung sejak 24 November 2020.

Artinya, Clubhouse tinggal punya waktu sekitar tiga bulan lagi, sebelum media sosial (medsos) berbasis audio tersebut diputus akses ke layanannya alias diblokir Kominfo.

"Sesuai PM nomor 5 Tahun 2020, bagi yang tidak mendaftar sesuai kebijakan yang berlaku akan mendapat sanksi administrasi berupa pemutusan akses," ujar Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi, Selasa (16/2).

Wah, semoga Clubhouse bisa membereskan urusan pendaftaran ini tepat pada waktunya ya.

Halaman 3 dari 2
(fay/fyk)